Mari, Berburu Pernak-Pernik Imlek



JAKARTA. Sudah sejak lama Glodok terkenal sebagai sentra penjualan pernik tahun baru China. Di kawasan ini tak jauh beda dengan kawasan kaki lima Pasar Tanah Abang. Banyak pedagang musiman mangkal di pinggir-pinggir toko menjajakan aneka atribut Imlek.

Nah, jika ingin mendapatkan aneka pernik imlek, anda harus berjalan sedikit dari parkiran pasar Glodok ke jalan Pancoran yang terletak di samping pasar Glodok. Di kiri dan kanan jalan ini berderet toko-toko yang menjual perlengkapan untuk perayaan tahun baru China ini. Rata-rata mereka merupakan pedagang Imlek dadakan.

Suasana serba merah, lambang kebahagiaan menyambut datangnya Imlek terlihat di beberapa toko di sana. Hanya saja, ada yang lain dari suasana menjelang perayaan tahun baru China kali ini.


Lantaran, Jumat siang itu, jalan Pancoran yang terletak di sebelah Pasar Glodok ini terlihat sepi pengunjung. Tak banyak pembeli berhenti menawar di toko-toko perlengkapan Imlek. rata-rata hanya melihat-lihat, bertanya harga dan berlalu.

Salah satu toko pernik Imlek yang sepi pembeli adalah toko Ceria Uniq. letaknya tak jauh dari jalan masuk Jalan Pancoran. Di toko ini tersedia aneka perlengkapan Imlek mulai dari perlengkapan sembahyang sampai aneka hiasan Imlek lainnya.

Cik Elis, pemilik toko mengaku bahwa stok pernik Imlek di tokonya sudah sangat menipis. Lantaran, dirinya tidak bisa mengimpor langsung aneka pernik Imlek dari China. "Ada kebijakan pengetatan impor barang China, jadi ada beberapa barang yang langka," ujarnya.

Barang-barang tersebut antara lain lampion, pohon jeruk beserta buahnya, aneka gantungan kertas dan gambar-gambar tahun kerbau buah dewa, baju-baju Imlek cheong sam, serta aneka permen dan manisan China. "Kalaupun masih ada stok, itu sisa tahun lalu," tandas Cik Elis.

Menurut Cik Elis, untuk lampion dijualnya mulai harga Rp 30.000 sampai Rp 600.000. Gantungan kertas bergambar kerbau mulai harga Rp 20.000. Replika Buah dewa dan pohon mei hwa satu setnya dihargai mulai Rp 300.000. Baju impor China dengan model Shanghai dijual mulai harga Rp 70.000. "Yang sama sekali tidak ada adalah aneka permen dan manisan impor dari China," ujarnya.

Walaupun begitu, toko Cik Elis masih bisa menjual aneka lilin dan dupa untuk perlengkapan sembahyang seharga mulai dari Rp 20.000. Aneka hiasan pohon mei hwa mulai dari Rp 5000 sampai rp 150.000. Serta aneka kartu angpao mulai harga Rp 2000 untuk 10 kartu.

"Omzet penjualan saya turun sampai 40%. Dulu bisa dapat sekitar Rp 1 juta sehari. Sekarang hanya Rp 600.000 per hari," ujar Cik Elis.

Harga di toko Cik Elis tak jauh beda dengan harga pernik Imlek yang dihelat di lantai dasar Pasar Glodok. Salah satu pedagang di tangga masuk pasar Glodok bilang, diantara barang dagangannya, kartu angpau lah yang paling banyak diminati.

Kartu tersebut bisa didapat dengan harga Rp 2000 untuk 10 kartu. Hiasan pohon mei hwa Rp 10.000 untuk tiga hiasan. Sementara harga 30 lampion kecil dari plastik dan beludru berkisar Rp 40.000 sampai Rp 45.000. Sementara hiasan patung kerbau dan kucing pembawa rezeki, dijualnya Rp 55.000 per patung.

Untuk cheong sam asli dari China memang agak susah mencarinya. Harganya mulai Rp 70.000 per stel untuk baju anak usia lima tahunan. Sementara cheong sam buatan lokal banyak dijual. Namun bahannya tak sehalus bahan dari China.

"Kalau nanti lokal yang buat, harganya tidak akan semurah harga cheong sam China," ujar salah satu penunggu gerai pakaian Imlek di pasar Glodok.

Sementara di luar pasar, ada beberapa pedagang baju imlek musiman yang bisa ditemui. Baju yang ditawarkan lebih bervariatif. Tetapi, buatan lokal semua.

Salah satu penjual baju imlek adalah Maryati. Dia memajang sekitar 20 stel pakaian anak dan dewasa. Banderol harganya mulai Rp 25.000. Rata-rata bermotif tulisan china dengan warna merah menyala.

"Pasokan kain impor dari China tertahan di pelabuhan katanya, jadi yang saya jual produk lokal semua yang bahannya tidak terlalu bagus," ujarnya. Maryati mengaku, penjualan baju imlek tahun ini sangat sepi. Bahkan puncak keramaian pembelian pernik Imlek Sabtu, minggu lalu tak membuatnya panen pembeli. "Saat ini modal saya kulakan baju belum balik semua," keluhnya tanpa mau menyebut berapa modal usaha musimannya tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie