Media sosial semakin intim dengan kebanyakan masyarakat kita. Pengguna
social media di negara kita lebih dari 100 juta
user. Ini pasar yang sangat empuk bagi pebisnis untuk berjualan di media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Masing-masing media sosial punya karakteristik. Beda dengan Facebook, Instagram mempunyai kekuatan untuk mendeskripsikan produk melalui foto. Tak heran, banyak pebisnis
online yang memanfaatkan jejaring sosial yang baru tren dua tahun terakhir ini untuk mempopulerkan produk dan jasa mereka lewat foto-foto keren.
Instagram atawa populer dengan singkatan IG memiliki banyak efek yang bisa digunakan para pengguna pada saat mereka hendak menyunting fotonya. Contohnya, efek X-Pro II, Lomo-fi, Earlybird, dan Sutro. Ada juga efek Tilt-Shift yang fungsinya untuk memfokuskan satu titik pada sebuah foto dan sekelilingnya menjadi buram. Tak cuma itu, media sosial yang dicaplok Facebook tahun 2012 lalu itu punya fitur yang secara otomatis membagikan posting foto ke jejaring sosial lainnya seperti Facebook. Tapi, "Instagram butuh kekuatan visual yang bagus banget. Kalau kontennya bagus, maka orang akan follow dan engage akun Anda," imbuh Yukka Herlanda, pendiri Brodo, toko
fashion pria
online. Selain itu, Anas Faizurahman, pemilik Asibayi.com, toko peralatan bayi dan ibu menyusui
online, menambahkan, IG memiliki prime time untuk postiong konten yang lebih lama dari Facebook. "Merata, mulai jam delapan pagi sampai delapan malam. Soalnya, pengguna banyak mengakses IG dari HP," tutur Anas. Sedang kelemahan IG dari kacamamata Nukman Luthfie, pengamat media sosial, Instagram tidak bisa memberi tautan atau
link agar pembeli bisa berlabuh di situs penjual, jika dia punya
website. "
Link di
photo caption tidak bisa diklik. Ini jadi menyulitkan kalau penjual mau mengarahkan pembeli ke landing page dalam bentuk
website," jelas Nukman. Lalu, bagaimana dengan Twitter? Pengguna Twitter di Indonesia yang mencapai 50 juta
user tentu menjadi kanal yang potensial untuk mendatangkan pembeli. Lewat akunnya, pebisnis
online bisa mengirimkan pesan plus
link untuk menuju sebuah situs yang menampilkan berbagai konten, mulai artikel, foto, sampai video. Jadi, kelebihan Twitter salah satunya bisa menjadi alat untuk membawa orang ke laman bisnis
online. Kelebihan lainnya, menurut Poetry Gladies, penjual brownies di Twitter dengan akun @DapurGladies,
personal branding lebih kuat jika berbisnis di media sosial ini. "Karena orang akan menjadi
follower berdasarkan basis konten yang kita bagikan," kata perempuan yang berbisnis
online di Twitter sejak tahun 2013 lalu ini. Kemudian, Poetry menuturkan, konten-konten Twitter bisa mendatangkan respons yang lebih cepat dari pengikut. Sehingga, "Saya juga bisa baca lebih cepat semua notifikasi yang masuk," ujarnya yang pernah bekerja sebagai reporter di salah satu televisi ini. Yang juga menjadi kekuatan Twitter, Nukman menambahkan, penyebaran konten yang bisa masif. Misalnya, Anda bisa meminta follower yang punya banyak pengikut untuk me-retweet (RT) kicauan Anda.
"Biasanya untuk pedagang pemula, orang yang
follower-nya banyak tidak terlalu hitungan untuk sekadar RT, dia mau membantu. Kecuali untuk produk dari perusahaan yang sudah ada
brand," katanya. Cuma kekurangannya, baik Poetry maupun Nukman menyatakan, ruang untuk berkicau di Twitter terbatas. Soalnya, pengguna hanya bisa berkicau paling banyak 140 karakter. Untuk itu, pebisnis
online yang membuka lapak di Twitter harus kuat dalam teknik menyampaikan sebuah cerita atau kicauan (
storytelling).
(Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan