Mari menghitung laba kursus matematika



Peminat kursus matematika ternyata cukup banyak. Maklum, matematika merupakan salah satu mata pelajaran penentu kelulusan ujian akhir nasional. Kondisi ini memicu menjamurnya lembaga kursus matematika. Beberapa dari mereka menawarkan waralaba.Bagi sebagian pelajar, matematika bukanlah mata pelajaran yang menyenangkan. Bahkan, mata pelajaran ini jadi momok menakutkan. Alih-alih mencintai ilmu hitung ini, mendengar kata matematika saja kadang mereka sudah ngeper. Apalagi, jika membayangkan soal-soal yang sulit dan rumus-rumus nan rumit. Tak aneh bila banyak pelajar memiliki nilai matematika jeblok. Malah, tak sedikit siswa yang gagal lulus ujian akhir nasional lantaran nilai matematikanya tergelincir. Hal itu tentu saja menimbulkan kecemasan bagi para orangtua siswa.Karena itu, banyak orangtua mendaftarkan si buah hati pada lembaga kursus matematika supaya kemampuan matematika mereka makin terasah. Inilah yang membuat kursus matematika selalu ramai. Jumlah lembaga kursus matematika pun terus bermunculan bak cendawan di musim hujan. Lembaga kursus tersebut menawarkan beragam metode pembelajaran matematika alternatif. Misalnya saja, metode Sakamoto, Kumon, Jarimatika, dan masih banyak lagi.Umumnya, mereka mengklaim memiliki metode belajar matematika yang sederhana, menyenangkan, dan gampang dipahami oleh para siswa. Ini pula yang memikat para orangtua memasukkan anak mereka ke kursus matematika. Banyaknya peminat kursus matematika tentu menjadi peluang bisnis yang pantang terlewatkan. “Peluang bisnis ini masih terbuka lebar meski lembaga kursus matematika sudah terbilang banyak,” kata Dadang Sudarto, Marketing Jarimatika, salah satu penyelenggara kursus matematika.Kalau berminat, Anda pun bisa menjajal bisnis usaha les matematika ini. Kebetulan, banyak lembaga kursus matematika yang menawarkan konsep kemitraan maupun waralaba. Anda tinggal mencomot salah satunya. “Jangan khawatir, peminat kursus ini tidak pernah sepi,” timpal Mega Ariyani, Marketing Apiq, penyelenggara kursus lain berpromosi. Sekadar gambaran, berikut tawaran kemitraan atau kerjasama beberapa penyelenggara kursus matematika.ApiqLembaga kursus Apiq pertama kali berdiri di Bandung, Jawa Barat. Apiq merupakan kepanjangan dari aritmatika plus inteligensi quantum. Apiq membuka program kursus matematika kreatif yang mengembangkan kecerdasan anak dengan cara fun, gembira, dan mengasyikkan.Dalam metode ini, Apiq memanfaatkan beragam permainan dan peraga matematika kreatif. Misalnya, onde milenium untuk aritmatika dasar, kartu milenium untuk strategi, dan kecepatan berpikir. Lalu dadu milenium dipakai untuk belajar geometri luas, keliling, dan volume; bintang aritmetika untuk berhitung cepat tingkat tinggi; dan masih banyak lagi.Adapun materi yang dipelajari meliputi aritmetika, aljabar, geometri, statistik, kalkulus, dan ilmu hitung lainnya. Apiq menyiapkan program untuk anak usia empat tahun (TK), SD, SMP, SMA, sampai lulus SMA (preuniversity).Metode belajar matematika ala Apiq ini dikembangkan oleh Agus Nggerwanto. Pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mulai mendirikan lembaga kursus pada 2001. Awalnya, ia hanya membuka dua tempat kursus. Seiring perjalanan, gerai kursusnya terus berkembang. Mulai awal tahun lalu, ia resmi menawarkan waralaba selama dua tahun. “Tapi kalau kerjasamanya kami nilai bagus akan dilanjutkan tanpa ada biaya tambahan lagi,” ujar Mega.Hingga kini, Apiq sudah memiliki 10 mitra di Jakarta, empat di Bandung, tiga di Jawa Timur, dan satu di Cirebon. Syarat menjadi mitra waralaba Apiq cukup mudah. Anda hanya perlu menyiapkan duit Rp 15 juta. Perinciannya Rp 10 juta buat membayar biaya waralaba dan sisanya buat membiayai pengadaan barang seperti meja belajar, alas tempat belajar, brosur, spanduk, kuitansi, dan formulir pendaftaran.Selain biaya Rp 15 juta tadi, terwaralaba juga mesti menyiapkan lokasi. “Mereka harus menyediakan ruang belajar minimal 4 meter x 4 meter,” ujar Mega.Apiq mematok biaya kursus Rp 175.000–Rp 225.000 per siswa, per bulan. Dalam kerjasama ini, penghasilan terwaralaba dihitung berdasarkan sistem bagi hasil. Mitra mendapat bagian sebesar 73% dari omzet bulanan. Tapi setelah dipotong biaya operasional, seperti biaya alat tulis kantor (ATK) dan gaji guru, keuntungan yang diperoleh mitra hanya sekitar 50% dari omzet. Dalam hitung-hitungan Mega, modal terwaralaba bisa kembali dalam waktu empat bulan. Asumsinya, mitra memiliki 4 kelas dengan jumlah siswa masing-masing 10 anak.Math MonkeyLembaga kursus matematika ini berasal dari Amerika dan baru membuka cabang di Jakarta pada Maret 2010 lalu. Math Monkey mengembangkan metode belajar matematika yang disebut dengan vedic math. Metode ini hanya mengandalkan kemampuan otak manusia tanpa alat bantu apapun, seperti jari tangan, kalkulator, kertas maupun pensil. Metode ini dikembangkan oleh Kirsten Fisch, pendiri Math Monkey.Hingga kini, Math Monkey sudah memiliki 50 perwakilan di seluruh dunia seperti Amerika Serikat, Meksiko, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, dan Indonesia. Handayani Lim, Managing Director Math Monkey Jakarta, menjelaskan, modal awal yang dibutuhkan untuk menjadi terwaralaba berkisar Rp 200 juta - Rp 250 juta. “Biaya ini sudah termasuk instalasi dua ruang kelas,” jelas Handayani.Mitra juga akan mendapatkan peralatan belajar-mengajar seperti meja, kursi, papan pengumuman, worksheet, dekorasi ruang, ATK, serta materi promosi. Selanjutnya, tersedia juga pelatihan bagi dua orang calon guru. “Pelatihannya berlangsung selama 10 hari,” jelas Handayani.Selain biaya investasi, terwalaba juga harus menyiapkan lokasi sendiri. Luas lokasi yang dibutuhkan minimal 2 x 30 m².Math Monkey menetapkan beberapa kriteria lokasi. Di antaranya berdekatan dengan sekolah-sekolah serta perumahan yang banyak anak kecilnya. Kriteria lainnya, mitra siap bekerja full time, memiliki minat terhadap dunia pendidikan, dan menyukai anak-anak. Masa berlaku kemitraan ini selama 10 tahun dan dapat diperpanjang dengan membayar biaya franchise yang lebih murah.Biaya pendidikan di Math Monkey sebesar Rp 390.000 per bulan untuk semua level. Kerjasama ini juga memberlakukan royalty fee sebesar 20% dari pendapatan kotor. Dengan asumsi jumlah peserta kursus sebanyak 200 siswa, pendapatan yang diperoleh terwaralaba sebesar Rp 80 juta per bulan. Sedangkan total pengeluaran termasuk royalty fee sekitar Rp 40 juta. “Balik modal bisa tercapai dalam waktu 1,5 tahun-2 tahun,” kata Handayani.Dalam sepekan, siswa di Math Monkey hanya belajar dalam satu kali pertemuan selama 1,5 jam. Metode pembelajarannya dibuat menyenangkan lewat permainan-permainan edukatif. Tapi, di setiap pertemuan disediakan worksheet yang harus dikerjakan siswa. Uniknya, dalam belajar, alat bantu hitung tidak boleh dipergunakan sama sekali termasuk jari tangan.JarimatikaPendiri kursus berhitung dengan jari ini adalah Septi Peni Wulandani. Septi sudah menjalankan usaha ini sejak 2002, namun baru pada 2005 ia mulai menawarkan waralaba Jarimatika. Kini Jarimatika memiliki 450 mitra yang tersebar di 120 kabupaten atau kota dari Sabang sampai Jayapura. Menurut Dadang Sudarto, Marketing Jarimatika, untuk menjadi terwaralaba, dana yang perlu dipersiapkan mitra adalah Rp 9,5 juta. Berbekal Rp 9,5 juta tadi, terwaralaba akan mendapatkan paket pelatihan guru, peralatan belajar, spanduk, banner, dan baliho. “Materi yang diberikan untuk 20 siswa, selanjutnya harus beli,” kata Dadang. Masa kerja sama ini berlaku selama lima tahun. Bila berjalan bagus, mitra bisa memperpanjang masa kerja sama dengan biaya sekitar 30% dari biaya kemitraan.Jarimatika juga menerapkan sistem bagi hasil. Perinciannya 60% dari omzet bagian mitra dan 40% untuk Jarimatika. Jika sudah bergabung, mitra berhak mengirimkan dua orang guru untuk mengikuti pelatihan. Acara pelatihannya sendiri dipusatkan di tiga kota yaitu Jakarta, Salatiga, dan Malang. Pelatihan meliputi tingkat basic, intermediate, hingga advance. Masing-masing menghabiskan waktu pelatihan selama 14 jam. “Selanjutnya bisa dilakukan bimbingan secara personal untuk pengembangan pendidikannya,” kata Dadang.Syarat lain, mitra harus menyediakan ruang belajar minimal berukuran 3 m x 4 m. Tidak ada standar tertentu untuk bangunan atau dekorasi ruang. Tapi, warna dinding harus disesuaikan dengan dunia anak-anak. Mengenai lokasi, Dadang menyarankan, lokasi yang tepat untuk membuka unit baru sebaiknya berada di kawasan hunian yang banyak anak-anaknya. “Ukurannya di sekitar pemukiman itu ada TK atau SD,” jelas Dadang.Dadang menghitung, mitra baru bisa memperoleh keuntungan memadai bila memiliki 30 hingga 50 siswa. Biaya kursus di Jarimatika adalah sebesar Rp 100.000 per siswa per bulan. Dengan begitu, mitra bisa mengantongi omzet Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per bulan. Dari situ, keuntungan kotor yang bisa diperoleh sebesar Rp 1,8 juta hingga Rp 3 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi