Mari simak lima isu hangat pagi ini !



JAKARTA. Berikut adalah lima topik hangat yang layak disimak pagi ini:1. Posisi IHSGIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau alias menguat, akhir pekan lalu (7/2). IHSG meningkat 0,95% ke 4.466,67. Kondisi ini sejalan dengan kenaikan bursa Asia, terwakili dalam indeks MSCI Asia Pasifik yang juga naik 1,35% ke 133,24, Jumat (7/2).Kenaikan IHSG juga diimbangi dengan mulai masuknya asing ke bursa saham. Akhir pekan lalu, aksi beli bersih asing alias net buy mencapai  Rp 623 miliar. Yusuf Nugraha, analis Trust Securities mengatakan, pekan ini gerak IHSG akan tergantung pada keputusan Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan arah BI rate. Jika BI rate naik, IHSG berpotensi melemah. Namun, jika sebaliknya atau tak ada perubahan, IHSG masih akan naik.Analis Universal Broker Indonesia, Alwy Assegaf memperkirakan, IHSG berpotensi menguat. Secara teknikal, IHSG masih akan melanjutkan penguatan di pekan lalu. 2. Pilih saham IPO yang defensifMenjelang hajatan besar pemilihan umum (pemilu) beberapa perusahaan akan segera masuk ke pasar saham melalui Initial Public Offering (IPO). Upaya ini memang cukup tepat.  Akhmad Nurcahyadi, analis AMCapital menuturkan dalam analisa. Pilihan saham IPO dan kenapa saat ini waktu yang tepat untuk IPO.Menurut dia, saat ini kondisi pasar saham masih lebih kondusif. Kita tidak tahu kondisi pasar setelah pemilu nanti. Apakah calon pemimpin nantinya sesuai dengan harapan pasar? Apakah arah kebijakan ekonomi dapat mendukung keinginan pasar?Kondisi lain yang bisa mempengaruhi adalah sentimen eksternal. Sebab seperti kita tahu, Amerika Serikat berpotensi menghentikan stimulus alias tapering di semester II.Karena itu, investor juga cenderung tertarik membeli saham anyar itu, sekarang ini. Meski demikian, investor harus tetap mempunyai panduan agar tak terjeblos pada saham perusahaan baru ini. Yang terpenting adalah fundamental perusahaan tersebut.Menurutnya, sebaiknya pilihlah sektor yang defensif dan rendah risiko. Misal, PT Wika Beton, karena kebutuhan akan beton masih terus bertumbuh. Begitu juga perusahaan yang bergerak di bidang hiburan, PT Graha Layar Prima yang mengoperasikan bioskop Blitz Megaplex, cukup menarik.Calon emiten media, seperti, PT Intermedia Capital, perusahaan yang memiliki televisi swasta ANTV juga menarik. Ini karena potensi kinerja perusahaan media akan terdongkrak dari pendapatan iklan politikSelain fundamental, faktor lain yang harus diperhatikan adalah harga saham yang ditawarkan. Agar lebih mudah sebaiknya, dibandingkan dengan emiten sejenis. Apakah price earning ratio (PER) lebih rendah atau justru sebaliknya.3. Rapor bank tahun 2013 masih kinclongWahai Anda investor saham perbankan, siap-siap mengambil sikap. Hari ini (10/2), setidaknya ada tiga bank yang bakal melaporkan rapor kinerja. Mereka adalah Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank OCBC NISP. Bagaimana rapor masa lalu dan proyeksi kinerja masa mendatang?Yang pasti, rapor perbankan tahun lalu masih kinclong. Coba lihat prestasi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank spesialis kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) ini mampu meraih laba Rp 21,16 triliun, naik 14,2% dibandingkan tahun 2012.Kenaikan laba itu bersumber dari pendapatan operasional, yang tumbuh 16,2% menjadi Rp 65,4 triliun. Pertumbuhan kredit 23,7% menjadi Rp 430,62 triliun pun menjadi penopang.Tahun ini, BRI memproyeksikan pertumbuhan kredit pada kisaran 15%-17%. "Proyeksi dana pihak ketiga (DPK) DPK, tumbuh 30% dan laba pada kisaran 10%-12%," tutur Muhammad Ali, Sekretaris Perusahaan BRI, Minggu (09/2).4. Inflasi di Februari masih berpotensi tinggi Tekanan inflasi tinggi diperkirakan masih akan terjadi di bulan Februari 2014 ini. Anomali cuaca di sejumlah daerah di Indonesia membuat distribusi dan panen terhambat sehingga harga-harga bergerak naik.Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo bilang, inflasi tinggi diperlihatkan dari masih adanya tekanan harga di berbagai bahan komoditi khususnya pangan. Hasil panen melorot, serta distribusi pangan terhambat karena faktor anomali cuaca.Oleh karena itu, otoritas moneter ini berharap ada upaya lebih nyata di sektor riil untuk mengendalikan inflasi. "Harus ada koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BI untuk mengendalikan inflasi," ujar Agus, akhir pekan lalu.Walau ekspektasi inflasi triwulan I dan II 2014 masih tinggi, BI tetap yakin target inflasi sampai akhir tahun ini akan di kisaran 4,5% plus minus satu. Sebab, ekspektasi inflasi akan mulai turun setelah masuk triwulan III-2014.5. Posisi rupiahRupiah masih tak tentu arah. Jumat (7/2), pasangan USD/IDR di pasar spot menurun 0,27% di 12.161. Namun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), pairing USD/IDR justru naik 0,14% ke level 12.176.Para analis memproyeksikan, rupiah sejatinya masih bisa menguat. Menurut analis Soegee Futures, Nizar Hilmy, data non farm payrolls di Amerika Serikat (AS) terlihat lebih buruk daripada posisi sebelumnya. Selain itu, dari dalam negeri, pelaku pasar mengasumsikan BI tak menaikkan BI rate.Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri pun mengatakan, buruknya data  non farm payrolls AS akan memberikan kekuatan bagi rupiah untuk terus menguat. "Jika BI tidak menaikkan bunga acuan atau posisi BI rate tetap 7,5%, rupiah bisa terus menguat," ujar Reny.Reny memprediksikan, rupiah masih akan menguat di kisaran 12.070-12.200. Sedangkan, Nizar memproyeksikan, pasangan USD/IDR di area 12.100-12.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie