KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu mengungkapkan bahwa kebijakan peningkatan bea masuk di Amerika Serikat (AS) berpotensi mengganggu investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, jika AS menerapkan kebijakan untuk meningkatkan bea masuk, hal ini diprediksi akan memicu inflasi lebih lanjut. Akibatnya, tingkat suku bunga di AS yang menjadi acuan global diperkirakan akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Kondisi tersebut tentu membawa dampak bagi Indonesia, di mana negara ini akan menghadapi keterbatasan dalam menggunakan suku bunga sebagai alat stimulus untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Baca Juga:
BEI Beberkan Manfaat Perluasan Saham Pra-Pembukaan Bagi Investor "Jadi itu ada implikasinya tentunya kepada keterbatasan di Indonesia untuk menggunakan tingkat suku bunga sebagai stimulus untuk investasi dan pertumbuhan," ujar Mari dalam acara VPL ATA X-Plore, Senin (2/12). Selain faktor inflasi, Maria juga menyoroti pentingnya konteks geopolitik dalam mempengaruhi perekonomian Indonesia. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang sudah berlangsung sejak 2018, telah memicu perubahan signifikan dalam pola perdagangan global. Persaingan yang semakin intens antara kedua negara ini menyebabkan difragmentasi dan diversifikasi perdagangan, dengan banyak perusahaan yang merelokasi investasi dan operasi mereka untuk menghindari tarif tinggi yang diberlakukan Amerika terhadap China. Dalam hal ini, negara-negara seperti Vietnam dan beberapa negara di Asia Tenggara mendapat kesempatan untuk menarik investasi dan relokasi perdagangan. "Jadi banyak relokasi investasi dan perdagangan untuk menghindari tarif yang dikenakan kepada Tiongkok dari Amerika," katanya. Selain itu, Mari menyoroti ketidakpastian global yang semakin meningkat, dengan perang yang terus berlangsung di Ukraina dan ketegangan yang belum mereda di Timur Tengah. Konflik-konflik tersebut berakibat pada lonjakan harga energi dan pangan, yang semakin menambah beban bagi ekonomi global.
"Maka itu salah satu prioritas pemerintah yang baru ini adalah swasembada pangan dan ketahanan pangan dan ketahanan energi," tutur Mari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari