Maria Sidabutar: Terinspirasi batik parang rusak



Batik bermotif parang rusak merupakan kain pertama Maria Sidabutar, yang kemudian menginspirasi Public Relations Director PT General Motors Indonesia ini mengoleksi kain-kain khas daerah. Sejak mendapat warisan kain batik itu, tepatnya ketika bertunangan, ia mulai berburu kain setiap kali melakukan perjalanan dinas atau berlibur ke daerah.

Menurut Maria, kain batik motif parang rusak tergolong langka. Makanya, “Sejak dikasih sama ibu, saya memutuskan untuk koleksi kain daerah supaya tetap melestarikan kebudayaan kita,” ujar bekas Public Affairs Director Burson-Marsteller Indonesia ini.

Tak hanya itu, hobi mengoleksi kain daerah juga bertujuan untuk memberi apresiasi kepada para perajin. Sebab, menenun bukan pekerjaan yang mudah. Meski begitu, para perajin terus berkreasi untuk melestarikan kain-kain tradisional. Ini yang lalu membikin Maria semakin giat mengumpulkan kain tradisional setiap ia berkunjung ke daerah.


Memang, koleksi kain daerah Maria belum banyak, baru sekitar 30 helai. Tapi, koleksinya cukup komplet, mulai dari tenun Lombok, ulos, batik, songket Kalimantan, hingga kain tradisional Sulawesi. Namun, ada satu daerah yang belum sempat ia sambangi sehingga belum punya kain tradisionalnya. “Saya belum pernah ke Papua. Nanti kalau ada kesempatan ke sana, saya pasti pesan kain tradisionalnya,” ungkap wanita yang juga mulai demen mengumpulkan lonceng kecil khas daerah ini.

Berapa harga kain koleksinya? Pemilik gelar Master Public Relations dari Bond University, Australia, ini bilang, harga kain tradisional yang ia beli hanya berkisar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta saja per helai. Jadi, tidak mahal-mahal amat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari