Mario Polegato, Ahli Wine Penemu dan Pembuat Sepatu Geox



mario-polegato_k_steve-gottMARIO Moretti Polegato merupakan salah satu pebisnis sukses dari Italia. Lewat produk sepatu Geox, Polegato berhasil menciptakan inovasi yang membuahkan hasil besar dalam waktu kurang dari 15 tahun.  Majalah Forbes menempatkan Polegato di urutan 468 orang terkaya di dunia dengan total kekayaan sebesar US$ 1,5 miliar. Padahal ketika mendirikan perusahaan sepatu, Polegato  sama sekali buta tentang dunia sepatu. Ia justru seorang ahli wine.Mario Moretti Polegato lahir pada tahun 1952 di Crocetta del Montello, tepat di kaki bukit Alpine, sebelah barat laut Treviso, Venesia bagian utara. Ketika lahir, masa depan Mario kecil tampaknya sudah jelas yakni menjadi penerus bisnis wine keluarga. Apalagi Mario Polegato merupakan anak tertua di keluarganya. Keluarga Polegato memang memiliki salah satu perkebunan anggur terbaik di Italia, Villa Sandi dan memproduksi anggur terkemuka Prosecco. Keluarga Polegato pindah ke Montebelluna karena prosecco diproduksi di sana. Kakek Polegato yang memulai bisnis wine ini. Mario merupakan generasi ketiga di bisnis ini. Karena masa depannya adalah menjadi pengelola bisnis keluarga, Polegato mengambil diploma di jurusan oenology, studi tentang segala aspek wine dan pembuatan wine di School of Oenology di Conegliano. Ia juga meraih gelar hukum di University of Ferrara. Setelah lulus, Mario Polegato bekerja untuk bisnis keluarga pada tahun 1972. Waktu itu pekerjaannya adalah menganalisa wine dan bekerja di bagian penjualan. Keluarga Polegato memiliki tujuh lokasi pembuat wine di seluruh Italia dan memproduksi 22 juta botol per tahun dengan berbagai merek, antara lain La Gioiosa, Villa Sandi, dan Casa Ghellar. Belakangan, ia mundur dan tidak lagi mengelola langsung bisnis wine keluarganya. Adik lelakinya, Giancarlo yang meneruskan bisnis tradisi keluarganya itu. Mario kadang-kadang masih sempat turun tangan. Misalnya, ia membuat Claxa, botol pendingin yang menurutnya bisa menyimpan anggur pada suhu ideal di meja makan. Keputusan Mario meninggalkan bisnis keluarga lantaran ia tertarik mengembangkan bisnis lain yang kelak melambungkan namanya, yakni bisnis sepatu. Ia sebenarnya tidak sengaja menerjuni bisnis alas kaki tersebut. Ceritanya, ketika berada di Reno, Nevada, Amerika Serikat untuk mempromosikan wine buatan pabrik keluarganya, Polegato memutuskan untuk berjalan-jalan di padang pasir. Terganggu dengan kaki berkeringat di balik sepatu sol karetnya, ia mengambil pisau dan membuat lubang di kedua sepatunya agar udara masuk. Saat itu langsung terpikir olehnya untuk membuat sepatu yang memiliki ventilasi. Sebab, kebanyakan sepatu waktu itu memiliki sol karet dan bahan ini memerangkap panas dan kelembaban yang disebabkan keringat. Ketika kembali ke Italia, Polegato mengembangkan beberapa prototipe sepatu berventilasi menggunakan membran yang bisa bernafas. Ia terinspirasi teknologi baju luar angkasa yang dikembangkan oleh lembaga antariksa Amerika atau National Aeronautics and Space Administration (NASA). Jadilah dia mendesain sepatu yang bisa mengeluarkan keringat dan kelembaban sekaligus mencegah air masuk. Polegato lalu menjual ide ini ke berbagai produsen sepatu besar di Italia, Amerika Serikat, dan Jerman, termasuk Nike, Reebok, Timberland, Adidas, dan Puma. Tapi perusahaan besar itu tak tertarik. Akhirnya ia mematenkan desain itu dan pada 1995 mendirikan perusahaan sepatu sendiri dengan lima orang karyawan. Ia memakai nama  Geox, bahasa Yunani geo yang berarti bumi plus huruf x yang mewakili teknologi. Polegato memperoleh modal awal dari pinjaman bank sebesar € 500.000. Ia memang tak mau memakai uang dari orang tuanya. Polegato terbilang nekat. "Perusahaan saya lahir meski saya tidak tahu sesuatu pun tentang sepatu," katanya. Meski banyak yang meragukan, tapi Polegato yakin keputusannya terjun ke bisnis sepatu ini tak salah. Menjadi favorit masyarakat Italia Dalam waktu singkat usaha sepatu Mario Moretti Polegato berkembang pesat. Walau terbilang mahal, produk sepatu Geox yang nyaman menjadi favorit masyarakat Italia. Meski menyasar konsumen kelas menengah atas, toh pemakai produk Geox berasal dari semua kalangan. Sukses di negeri sendiri, Polegato menjajal peruntungan di negeri orang. Pada tahun 2000, ia merambah pasar internasional dengan membuka gerai di beberapa kota dunia. Produk awal sepatu Geox adalah sepatu anak-anak. Polegato menganggap risiko bermain di sepatu anak-anak lebih terbatas, karena umur sepatu anak-anak biasanya pendek. Tak berapa lama, perusahaan baru ini memperlebar jangkauan ke produk sepatu dewasa, terutama untuk pasar domestik Italia. Pada tahun 1998, penjualan sepatu Geox mencapai 1,4 juta pasang. Setahun kemudian, penjualan ini meningkat pesat menjadi 6,5 juta pasang sepatu. Pusat perusahaan Geox berada di Montebelluna, Italia bagian utara. Geox masuk daftar perusahaan dengan target pasar menengah atas. Maklum, harga jual sepatu buatan Geox tergolong mahal. Misalnya, Geox menjual sepatu loafer perempuan seharga € 120 per pasang. Sementara, harga sepatu boots Geox bisa dua kali lipat harga loafer. Meski dalam prakteknya lebih banyak menyasar kalangan kelas menengah atas, Polegato tetap menyatakan bahwa konsumen potensial produk ini adalah semua kalangan dan semua umur. "Karena tidak ada yang suka kakinya basah dan bau," kata Polegato dalam sebuah wawancara dengan koran di Italia. Polegato optimistis bisnis sepatunya bakal berkembang pesat. Apalagi, ia melihat potensi pasar di seluruh dunia. Ia menghitung, 85% manusia di dunia menggunakan sepatu dengan sol karet. Potensi itulah yang diincar Geox dengan teknologinya. Ahli wine dari Italia ini telah mematenkan teknologi sepatu Geox. Namun bukan berarti produsen sepatu lain lain tidak bisa mempromosikan produk sejenis. Adidas misalnya mengeluarkan produk sepatu dengan sistem ventilasi dengan nama ClimaCool. Toh, Polegato tak menganggap sepatu berventilasi ala Adidas itu sebagi pesaing Geox. Dia bilang Geox bukan cuma memiliki sistem ventilasi udara tapi juga memiliki sol karet anti air dengan membran yang memungkinkan keringat untuk keluar dari sepatu. Geox memang menaruh perhatian besar pada penelitian dan pengembangan produk. Perusahaan ini menganggarkan 3% dari pendapatannya untuk riset dan pengembangan teknologi sepatu. "Inovasi adalah kombinasi dari tiga hal, yaitu kreativitas, paten, dan riset ilmiah," ucapnya. Polegato mengatakan, dalam diri setiap orang terdapat jiwa inovator. Baginya, seorang pengusaha terbaik adalah seseorang yang melihat kebutuhan pasar ke depannya. "Sekarang saatnya berinvestasi pada ide. Karena ide berharga lebih dari sebuah pabrik," katanya. Hasilnya, produk Geox semakin bervariasi. Pada tahun 1999, Geox meluncurkan produk Breathable Apparel. Pada tahun 2001, Geox memperluas teknologi sol karet ke sol kulit, yang memungkinkan Geox memproduksi koleksi yang lebih elegan selain produksi kasual yang sudah dilakukan. Pada tahun ini pula Geox mulai menjual jaket. Jaket desain Geox merupakan jaket yang memiliki lubang-lubang kecil yang memungkinkan udara panas dan kelembaban naik lalu keluar lewat lubang udara khusus. Polegato juga sudah mematenkan inovasinya ini. Sukses di Italia, Polegato mulai berani menjajal pasar internasional. Pada tahun 2000, Geox merambah pasar internasional dengan membuka beberapa toko di beberapa kota utama dunia. Pada 2002, Geox melakukan diversifikasi usaha ke penjualan pakaian dan perlengkapannya. Awalnya unit usaha baru Polegato ini tak banyak menyumbang pendapatan. Tahun 2007 misalnya, pakaian memberi kontribusi sekitar 5% dari total pendapatan Geox. Polegato berharap, suatu saat kontribusi penjualan pakaian ini akan mencapai 50% dari total pendapatan. Pebisnis Italia dengan jiwa pengusaha AS Berkat riset dan pengembangan produk yang kuat, Geox tumbuh menjadi perusahaan besar. Saking rajinnya melakukan riset, hingga tahun 2006 Mario Moretti Polegato sudah memiliki 40 hak paten. Mario pun mendapat julukan pebisnis Italia dengan jiwa pengusaha AS. Lantaran menganggap ide sebagai investasi paling besar, Mario Moretti Polegato menaruh perhatian tinggi pada divisi penelitian dan pengembangan produk. Bahkan ia mengalokasikan dana cukup besar untuk divisi ini. Sedikitnya 3% dari total pendapatan Geox mengalir untuk riset dan pengembangan teknologi sepatu. Dana riset dan pengembangan yang cukup besar itu membuat ide-ide cepat muncul. Tak heran kalau sampai tahun 2006, Geox sudah memegang sekitar 40 hak paten produk sepatu dan pakaian. Berkat dana riset yang sangat besar itu pula, Geox dengan cepat mampu menangkap selera pasar. Jadi bila ada kesalahan pemasaran karena ternyata produknya tidak mendapat respon pasar, Geox bisa dengan cepat merevisi produk. "Kadang kami memulai satu seri produk dan mungkin selera konsumen tidak seperti bayangan kami sebelumnya," ujar Polegato. Misalnya saja untuk produk Moccasin, warna barang  yang dijual di Prancis bisa saja berbeda dengan yang masuk ke Italia atau Jerman. Banyak yang mengatakan Mario Polegato merupakan pebisnis Italia dengan jiwa pengusaha Amerika Serikat (AS). Ia tak memungkiri hal ini. Terutama, karena dia mengejar idenya sendiri dan mematenkannya. Menurut Polegato, orang Italia sangat kreatif, tapi susah mewujudkan ide itu menjadi bisnis. Italia adalah negara asal kehidupan yang indah, negara fashion, negara asal disain dan makanan. "Tapi Italia tidak pernah menjadi negara asal teknologi dan saya berniat mengubah itu, untuk memberi citra baru Italia di dunia," ujarnya. Geox Research Center berlokasi di kantor pusat Geox di Montebelluna. Pusat riset ini mempekerjakan 15 teknisi yang khusus berurusan dengan teknologi sepatu. Geox lebih suka mendefinisikan bisnisnya bukan sebagai produsen sepatu, tapi sebagai salah satu penghasil teknologi yang diaplikasikan di sepatu. Selain pusat riset, Geox pun memiliki Geox School. Di tempat inilah Geox mengajari para pekerja yang baru lulus kuliah. Setelah bisnis Geox membesar, Polegato memutuskan untuk melakukan desentralisasi manajemen. Ia tak ingin banyak campur tangan lagi. Polegato pun kemudian memberi wewenang para kepala departemen membuat keputusan sendiri dan melakukan yang terbaik buat perusahaan.  "Saya ingin mendorong mereka untuk melakukan komunikasi terbuka baik internal dan eksternal," ujarnya. Akuisisi Diadora Mario Moretti Polegato membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk membesarkan kerajaan bisnisnya, Geox. Dari sebuah perusahaan dengan pabrik kecil di pinggiran Venesia, Geox kini menjadi raksasa bisnis dengan nilai kapitalisasi pasar hampir US$ 4 miliar. Ekspansi Polegato  belum berhenti. Belum lama ini ia dikabarkan berminat membeli produsen sepatu lain, Diadora. Polegato juga terus menjaga kualitas produknya. Ia ingin produk Geox tetap berasa Italia. Mario Moretti Polegato kini memiliki sejumlah pabrik yang beroperasi di luar Italia, seperti di Slovenia, Rumania dan Hongaria. Tapi, Polegato tetap menyematkan label made in Italy untuk seluruh produk sepatu Geox, meski dibuat di luar Italia. Polegato punya jawaban untuk keputusannya tersebut. Dia bilang,  meski memiliki pabrik di luar negeri, Geox tetap mendatangkan bahan baku, teknologi dan desain produk dari Italia. Otak dan hati Geox adalah Italia. Pria asli Italia ini bilang, Geox selalu mempunyai teknisi asli Italia  di setiap pabrik mereka di luar negeri. Teknisi asal negeri Piza itu secara teratur mengontrol seluruh proses produksi sepatu Geox di setiap pabrik di berbagai negara. Bahkan sebelum memasarkan, seluruh pabrik Geox di luar negeri mengirimkan produknya lebih dulu ke Italia, sebagai bagian dari pengawasan terhadap kualitas sepatu. Polegato mengumpamakan produk sepatunya seperti Coca Cola; tersebar di seluruh dunia, diproduksi di banyak tempat namun rasanya tetap sama. Lagi pula label made in Italy menjadi garansi mutu dalam industri fashion, terutama bagi produk sepatu. Polegato malah mengakui memiliki merek Italia sangat membantu penjualan Geox. Meski sukses di bisnis sepatu, Polegato mengatakan tidak akan mengumbar merek ini di setiap bidang bisnis. Geox mencatatkan diri di Bursa Efek Milan atau Milan Stock Exchange pada tahun 2004 pada harga € 4,6 per saham. Dalam tiga tahun, harga saham Geox naik menjadi € 14,85 per saham dengan kapitalisasi pasar € 3,8 miliar. Polegato hanya memerlukan sekitar 10 tahun untuk menjadikan perusahaan dari pabrik kecil di dekat Venesia menjadi satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar hampir US$ 4 miliar. Pada tahun 2006, Geox sudah memiliki toko di 68 negara dan menjual lebih dari 16 juta pasang sepatu. Di Amerika Serikat, Geox juga tumbuh cepat dengan penambahan toko lebih dari dua kali lipat, dari tujuh gerai menjadi 15 gerai di tahun yang sama. Analis saham mengatakan, Geox memiliki pertumbuhan yang lumayan cepat. Pada tahun 2008 dan 2009, Geox menargetkan pembukaan toko baru sebanyak 200 toko. Pada tahun 2007, kekayaannya Geok ditaksir sudah mencapai US$ 3 miliar. Di tahun yang sama, jumlah karyawan Geox di seluruh dunia mencapai 3.500 orang. Pada tahun 2008, produk Geox sudah beredar di lebih dari 68 negara dan menempati peringkat merek sepatu nomor satu di Italia dan ketiga di dunia untuk pasar sepatu bergaya kasual. Penjualan sepatu mereka di tahun itu mencapai 20 juta pasang. Produk sepatu Geox paling laku keras adalah sepatu olahraga. Di 2008, penjualan sepatu olahraga menyumbang sekitar 50% total penjualan Geox. Konsumen Geox paling banyak berasal dari luar Italia. Buktinya sekitar 60% dari total pendapatan Geox berasal dari penjualan mereka di luar Italia, terutama Eropa. Inovasi Polegato belum berhenti. Pada Juli 2009, Geox memproduksi sepatu golf yang bisa bernafas dan membuat keringat menguap keluar lewat sepatu kulit bagian atas. Dia bilang, golf menjadi olahraga paling pas yang membutuhkan sepatu yang bisa bernafas, sekaligus tahan air. Sekian lama bertumpu pada pembesaran usaha dari dalam (organik), Polegato mulai mengincar perusahaan sepatu lain untuk membesarkan bisnisnya. Pada 11 Juni 2009, dia berniat membeli pabrik sepatu Diadora. Namun bukan perkara mudah merebut Diadora. Dia harus bersaing dengan Orlando Italy Management SA dan Atlantis Capital Special Situations yang juga tertarik membeli Diadora. Tak pelit tularkan resep Meskipun dikenal sebagai pebisnis andal dan kaya raya, Mario Moretti Polegato tak pelit menularkan resep bisnisnya. Ia mendapat kehormatan untuk mengajar di beberapa universitas terkemuka Eropa untuk mata kuliah hak kekayaan intelektual. Bahkan Polegato mendapat gelar profesor berkat dedikasinya mengajar. Dia juga aktif di kegiatan filantropi. Polegato menjadi anggota di sejumlah organisasi nirlaba. Baginya filantropi dan pekerjaan sama pentingnya. Jaringan gerai Geox milik Mario Moretti Polegato terus menggurita. Tahun lalu, Geox menambah 214 gerai baru sehingga total Geox memiliki 940 gerai di seantero dunia. Hingga Juni 2009, total toko Geox di seluruh dunia bertambah lagi menjadi 997 gerai. Kantong Geox pun semakin tebal. Tahun 2008, total penjualan Geox mencapai € 892,5 juta. Sekitar 90,6% di antaranya berasal dari penjualan sepatu. Selebihnya dari penjualan pakaian. Pertumbuhan pendapatan Geox selama ini konsisten di atas 30%. Namun tahun lalu pertumbuhan pendapatan Geox melambat seiring krisis ekonomi. Tahun lalu pendapatan mereka hanya tumbuh 16%, sementara laba bersih cuma tumbuh 13,8%. Masa-masa sebelumnya, pertumbuhan laba bersih Geox mencapai 16% setahun. Krisis keuangan global memang memukul bisnis Mario. Namun tak sampai membuat Geox limbung. Bahkan Geox masih mencatat pertumbuhan pendapatan di semester pertama 2009. Hingga Juni 2009, pendapatan Geox tumbuh 4% menjadi € 482,9 juta dibanding setahun sebelumnya sebesar € 464,13 juta. Penjualan produk alas kaki menyumbang 91% pendapatan tersebut, sementara penjualan pakaian menyumbang 9%. Pemasukan terbesar masih dari penjualan berbagai produk Geox di Eropa. Penjualan di kawasan ini memasok 82,2% total pendapatan Geox. Namun Polegato harus mengurangi jumlah pekerjanya. Akhir 2008, Geox memiliki karyawan 4.043 orang. Kini, jumlah pekerja Geox turun menjadi 2.857 orang. Geox rupanya mengalihkan produksi pabrik di Rumania ke pihak ketiga. Selain itu, Geox juga memangkas produksi di pabrik Slovakia. Dua pabrik itu menyumbang 5% total produksi Geox 2008. Sukses membesarkan Geox membuat kekayaan Polegato berlimpah. Meski begitu, Polegato tak suka kehidupan mewah. Ia lebih suka menghabiskan waktu untuk berdiskusi dan mengajar. Polegato juga sering membunuh waktu di laboratorium riset sepatu bersama para pekerjanya ketimbang menghadiri pesta. Polegato juga sering bepergian. Dalam setahun, ia bisa pergi ke 30 negara. "Kadang saya menghadiri forum-forum internasional," tuturnya. Di sela waktu senggangnya, Polegato menikmati hobinya mengoleksi kuda dan mobil mewah. Ia sudah memiliki 15 kuda cantik dan beberapa mobil sport seperti Lamborghini dan Ferrari. Ia pun masih sering berkendara sepeda motor. "Saya suka menghirup angin," ujarnya. Selain mengurusi Geox, Polegato memiliki kesibukan lain. Sejak tahun 1997, Mario menjadi Honorary General Consul Italia untuk Rumania. Mario juga menjabat Direktur Eksekutif Council of Confindustria, semacam asosiasi industri Italia. Polegato juga mengajar mata kuliah hak kekayaan intelektual di beberapa universitas terkemuka Eropa dan Italia. Dia misalnya pernah mengajar di University of Florence, University of Pisa, Ca'Foscari University of Venice, Federico II University of Naples, Catholic University of Lisbon, MIT of Boston, dan University of Cambridge. Bahkan ESCP-EAP Business School menyematkan gelar Affiliate Professor of Enterpreneurship kepada Polegato karena dedikasinya mengajar di berbagai universitas. Polegato juga anggota organisasi nirlaba internasional, Aspen Institute di Italia. Pada tahun 2004, dia mendirikan sekaligus menjadi Direktur ONLUS Association The Bridge of Smiles yang beroperasi di Rumania. Lembaga ini membantu anak kurang mampu dan para yatim piatu. Baginya, filantropi dan pekerjaan itu sama pentingnya. "Tidak ada gunanya menjadi orang kaya kalau Anda tidak bisa membantu orang lain," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan