Marjin emiten infrastruktur pelat merah tipis



JAKARTA. Pada kuartal III 2013, PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) membukukan pendapatan Rp 1,75 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 166,41 miliar. Marjin laba bersih atau net profit margin (NPM) TOTL sebesar 9,59%.

Bandingkan dengan NPM salah satu emiten pelat merah, yaitu PT PP (Persero) Tbk (PTPP). Masih menggunakan laporan keuangan periode yang sama, pendapatan PTPP tercatat Rp 7,25 triliun. Sementara, laba bersihnya ada di level Rp 218,35 miliar.

Pendapatan PTPP tampak jauh lebih besar. Tapi, jika memperhitungkan bottom line-nya, NPM PTPP hanya sebesar 3%, hanya sepertiga dari NPM TOTL.


Setelah membandingkan, Martin Johannes, analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) bilang, swasta memang lebih jago soal efisiensi. "Tapi kalau BUMN, memang proyek-proyeknya besar sehingga marjin yang diperolehnya tipis," imbuhnya.

Memang, proyek yang digarap PTPP selama ini memiliki nilai investasi yang besar dan berkelanjutan. Lihat saja, tahun depan saja PTPP akan menggarap dua proyek besar kerjasama dengan Pertamina dan BGR (Persero).

Nilai investasi kedua proyek itu masing-masing mencapai Rp 700 miliar hingga Rp 5 triliun. Bandingkan dengan TOTL yang sedang mengejar proyek pembangunan sebuah gedung pencakar langit di Jakarta. Nilai investasi itu hanya sekitar Rp 1 triliun.

Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities memberikan gambaran serupa. Ibaratnya, proyek yang dikerjakan emiten infrastruktur sudah tersedia seperti barang given dalam teori ekonomi mikro. Emiten pelat merah tinggal membuka tangan, proyek besar dari pemerintah pun datang.

"Mereka bangun proyek besar seperti pelabuhan atau bendungan, sementara sektor swastanya hanya sebagai sub-kontraktor. Karena proyeknya besar maka harga pokok penjualan (HPP) yang dibutuhkan pun lebih banyak sehingga marjin yang mereka peroleh tipis," tutur Reza kepada KONTAN, (17/12).

Penjelasan Reza sesuai dengan HPP atau beban pokok yang dikeluarkan PTPP selama operasionalnya hingga kuartal III 2013. Pada periode itu, pos jasa konstruksi berkontribusi paling besar, senilai Rp 5,28 triliun. Jika dijumlahkan dengan pos lain, maka total beban pokok PTPP sebesar Rp 6,54 triliun, atau nyaris 90% dari pendapatan konsolidasi PTPP.

Lalu, tengok posisi beban pokok TOTL. Beban jasa konstruksi TOTL juga kontributor terbesar HPP TOTL, yaitu Rp 1,24 triliun. Jika ditotal dengan pos lainnya, maka total beban pokok TOTL sebesar Rp 1,41 triliun atau sebesar 80% dari pendapatan konsolidasi TOTL.

Jadi, proyek yang seperti barang given itu membuat marjin emiten infrastruktur pelat merah justru lebih tipis. "Beda dengan swasta yang mencari proyek sendiri sehingga mereka bisa lebih menjaga efisiensinya," pungkas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri