Marjin profit berpotensi turun, simak rekomendasi saham Unilever Indonesia (UNVR)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) diyakini masih prospektif pada tahun ini. 

Karena itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia Nashrullah Putra memproyeksikan, UNVR masih mampu mencatatkan pertumbuhan earning per share (EPS) secara rata-rata 5,9% sepanjang peridoe 2021-2022.

Tetapi Nashrullah menggarisbawahi, ada potensi tertekannya marjin UNVR karena meningkatnya harga komoditas lunak (soft commodity).


Dia menjelaskan, UNVR berpotensi mengalami peningkatan input cost dari kenaikan harga bahan baku, dengan melihat potensi kenaikan harga soft commodity di sepanjang tahun ini. 

Lebih lanjut, kebijakan emiten barang konsumsi ini dalam menaikkan harga jual rerata atau average selling price (ASP) sebesar 1,5% setiap tahunnya belum bisa mengimbangi naiknya beban pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS).

Bahan baku sendiri memiliki kontribusi  sekitar 82% terhadap COGS pada 2020. Samuel Sekuritas memproyeksikan marjin laba kotor atau gross profit margin (GPM)  akan turun 52 basis points (bps) pada 2021. 

“Meski demikian, dengan asumsi marjin kami yang lebih konservatif, net profit tetap berpotensi untuk bertumbuh 5,5% dan 6,4% pada 2021 dan 2022,” tulis Nashrullah dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Jumat (19/2).

Baca Juga: Harga saham UNVR (Unilever Indonesia) Rp 7.100, cek PER dan PBV terbaru!

Meskipun EPS hanya berpotensi tumbuh single digit, namun  UNVR memiliki valuasi yang menarik saat ini, yakni pada 36.2x 21F P/E (-2SD dari band 5 tahun).

Adapun saham UNVR , anggota indeks Kompas100 ini, menunjukkan pergerakan yang kurang memuaskan. Mengutip RTI, sejak awal tahun atau secara year-to-date, saham UNVR melemah 17,52%. 

Nashrullah melihat, koreksi pada harga saham UNVR saat ini akan memberikan entry point yang lebih menarik, serta merefleksikan risiko yang lebih rendah.

Samuel Sekuritas mempertahankan rating beli untuk UNVR namun dengan target harga yang lebih rendah, yakni pada Rp 7.900 (-1SD band 5 tahun). 

Adapun downside risk dari saham ini adalah input cost yang lebih tinggi dari meningkatnya harga komoditas lunak.

Asal tahu saja, sepanjang tahun lalu penjualan UNVR naik tipis 0,12% menjadi Rp 42,97 triliun, dari sebelumnya Rp 42,92 triliun pada 2019. Meski penjualan masih naik tipis, laba UNVR sepanjang 2020 turun 3,10% menjadi Rp 7,16 triliun, dari sebelumnya Rp 7,39 triliun di 2019.

Selanjutnya: Ini rekomendasi saham emiten barang konsumsi usai penurunan Indeks Keyakinan Konsumen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari