Mark Dynamics Indonesia (MARK) tingkatkan kapasitas produksi 18% tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan meningkatnya permintaan sarung tangan di pasar global, turut menjadi berkah bagi produsen cetakan sarung tangan seperti PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK). Untuk itu secara bertahap perseroan terus meningkatkan kapasitas produksi pabrikannya.

Tahun ini, Ridwan Goh, Presiden Direktur MARK menyebutkan pabrikan telah mencapai tingkat produksi hingga 610.000 pieces per bulan. "Tahun depan kami proyeksikan kapasitas produksi naik menjadi 710.000 pieces per bulan, naik sekitar 18,3% dibandingkan tahun ini," terangnya kepada Kontan.co.id, Jumat (22/11).

Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih 2019 MARK Hanya Tumbuh Satu Digit, Ini Penyebabnya


Mengenai belanja modal (capital expenditure/capex) di tahun depan, menurut Ridwan dana yang digelontorkan tidak sesignifikan tahun-tahun sebelumnya. Sebab dua tahun belakangan ini, yakni 2018 dan 2019 sudah menggelontorkan dana sekitar Rp 100 miliar untuk ekspansi pabrik baru di Tanjung Morawa, Sumatera Utara.

Capex dua tahun belakangan telah dialokasikan untuk pembelian lahan pabrik baru dan penambahan mesin-mesin produksi. Tampaknya tahun depan perusahaan tinggal menginstall mesin tambahan yang sudah ada untuk mengerek kapasitas produksinya.

Mengenai target pertumbuhan penjualan, manajemen belum dapat memberikan detailnya saat ini. Namun dengan kondisi perang dagang, pertumbuhan MARK kata Ridwan akan tetap berlanjut dikarenakan efek perang dagang bisa menguntungkan perseroan.

Baca Juga: Mark Dynamics (MARK) kantongi kenaikan laba bersih 11,23% pada kuartal-III 2019

Sebagaimana yang diketahui ekspor sarung tangan milik pelanggan MARK di Malaysia untuk pasar Amerika Serikat (AS) akan meningkat seiring menurunnya ekspor China ke negara tersebut. Mengulik laporan penjualan perseroan sampai kuartal III-2019 merupakan 94,02% pasar ekspor dan sisanya sebesar 5,98% untuk pasar domestik. 

Nilai penjualan ekspor di kuartal-III tahun 2019 lebih besar 9,98% dari penjualan ekspor di periode yang sama di tahun sebelumnya. Perang Dagang terbukti memberi berkah bagi industri sarung tangan karet, di mana kenaikan tarif impor yang diberlakukan AS kepada produk China dari 10% menjadi 25% efektif per 1 September 2019.

Hal ini membuat industri sarung tangan karet berpotensi menggeser pasar sarung tangan produksi China yang saat ini menguasai 44% impor sarung ke AS. Sehingga membuat perusahaan pemasok sarung tangan terbesar secara global saat ini adalah negara Malaysia dengan 63%, diikuti Thailand dengan 18%, China 10% dan kontribusi langsung Indonesia hanya 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .