MARK pasang target pertumbuhan laba bersih 30% tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen cetakan sarung tangan, PT Mark Dynamics Indonesia (MARK) semakin optimis untuk mengangkat kinerjanya di tahun 2019. Pasalnya industri ini memiliki pertumbuhan permintaan yang sangat signifikan.

Sebagai gambaran, Presiden Direktur MARK Ridwan mengatakan bahwa pelanggan utama perseroan adalah salah satu perusahaan sarung tangan terbesar di Malaysia dengan pertumbuhan rata-rata selama 10 tahun terakhir 29,46%.

"Prospek industri ini sejalan dengan terus meningkatnya industri sarung tengan secara global yang saat ini produsen terbesar sarung tangan adalah Malaysia sendiri," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (9/12).


Di Indonesia, MARK merupakan satu-satunya industri yang menggeluti produksi cetakan sarung tangan. Sementara secara global, MARK merupakan perusahaan yang memiliki kapasitas produksi terbesar.

Ditambah lagi, kata Ridwan, perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dari segi kualitas dan ongkos dan ketersediaan tenaga kerja. Sehingga, MARK optimistis mampu menorehkan pertumbuhan laba bersih 30% di tahun 2019 nanti dengan mengandalkan lini produksinya yang efisien tersebut.

Selain itu, MARK juga terus berupaya untuk menggenjot kapasitas produksi mereka di tahun 2019. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan ekspansi pabrik.

Pada tahun depan, MARK menargetkan kenaikan kapasitas produksi sarung tangan menjadi sebanyak 630.000 pieces per bulan. Informasi saja, saat ini kapasitas produksi MARK hanya sebesar 540.000 pieces per bulan.

Penambahan kapasitas akan dilakukan secara bertahap setiap tahun. Untuk ekspansi kali ini, MARK menyiapkan dana sekitar Rp 100 miliar.

Dana ini berasal dari pinjaman Bank Permata sebesar US$ 8,1 juta. Ekspansi yang dilakukan berupa pembelian lahan dan bangunan senilai Rp 60 miliar serta pembelian mesin baru senilai Rp 40 miliar.

Diharapkan pada tahun 2019, pabrik baru tersebut akan rampung dan bisa berproduksi secara normal. “Belanja modal yang kami siapkan untuk dua tahun di 2018 dan 2019 perkiraan sebesar Rp 200 miliar,” urai Ridwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie