KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam era teknologi yang terus berkembang, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Namun, di balik popularitasnya yang meluas, muncul permasalahan yang mungkin tidak disadari oleh sebagian besar pengguna: sifat "anti-sosial" dari cara kita menggunakan media sosial. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan South Park Commons, komunitas teknologi yang berbasis di San Francisco, Mark Zuckerberg, CEO Meta, mengungkapkan pandangannya tentang keterbatasan media sosial saat ini dan harapannya terhadap teknologi kacamata pintar sebagai solusi.
Keterbatasan Pengalaman Sosial
Media sosial telah menjadi alat utama dalam berkomunikasi, berbagi informasi, dan membentuk hubungan di dunia digital. Namun, Zuckerberg mengakui bahwa cara kita mengakses media sosial, yang umumnya melalui layar kecil pada ponsel pintar, sangat membatasi pengalaman sosial itu sendiri.
"Saat Anda membangun aplikasi sosial, ini adalah hal yang aneh karena Anda menyampaikannya melalui layar kecil yang orang bawa kemana-mana," kata Zuckerberg.
Baca Juga: Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Ke-3 Dunia, Siapa di Posisi 1 dan 2? "Ini seperti bentuk yang sangat anti-sosial dalam beberapa hal. Itulah mengapa saya sangat peduli dengan kacamata. Ini adalah sesuatu yang lebih alami," tambahnya. Pernyataan ini mencerminkan pandangan Zuckerberg bahwa media sosial, meskipun memiliki potensi besar untuk menghubungkan orang, pada kenyataannya sering kali menciptakan jarak fisik dan emosional di antara pengguna. Pengalaman yang terbatas pada layar kecil dapat mengurangi kedalaman interaksi dan mempengaruhi cara kita berkomunikasi dan berhubungan satu sama lain.
Masa Depan Pengalaman Media Sosial
Dalam upaya untuk mengatasi keterbatasan ini, Meta telah mengembangkan kacamata pintar Ray-Ban, yang pertama kali diumumkan pada tahun 2020. Kacamata ini tidak hanya dirancang sebagai perangkat fashion, tetapi juga sebagai alat yang memperkaya pengalaman sosial pengguna. Beberapa fitur yang ditawarkan termasuk kemampuan untuk mengambil foto, melakukan siaran langsung di Instagram, dan menggunakan asisten AI dari Meta untuk menjawab pertanyaan. Yang menarik dari kacamata pintar ini adalah pendekatan Meta yang tidak memasukkan realitas augmentasi seperti yang ada pada headset virtual reality Meta Quest. Ini menunjukkan bahwa fokus utama Meta adalah pada pengalaman yang lebih alami dan intuitif, di mana pengguna tidak perlu melihat tampilan virtual di lingkungan sekitar mereka. Sebaliknya, kacamata ini dirancang untuk menjadi perangkat yang lebih dekat dengan interaksi sosial sehari-hari.
Baca Juga: Meta Akan Gelontorkan Banyak Dana untuk Pengembangan AI Tahun Depan Visi Zuckerberg
Dalam wawancara lain dengan CEO Nvidia, Jensen Huang, Zuckerberg mengungkapkan keyakinannya bahwa teknologi wearable seperti kacamata pintar Ray-Ban akan menjadi produk yang sangat populer di masa depan. Menurutnya, kacamata AI tanpa tampilan akan menjadi produk besar dengan harga sekitar $300 yang pada akhirnya akan digunakan oleh puluhan hingga ratusan juta orang. Zuckerberg percaya bahwa kacamata ini akan membawa interaksi AI yang sangat interaktif ke kehidupan sehari-hari pengguna. Ia membayangkan masa depan di mana orang-orang dapat berkomunikasi dengan AI dengan cara yang lebih personal dan alami, membawa teknologi lebih dekat dengan kehidupan manusia tanpa mengorbankan kualitas interaksi sosial.
Editor: Handoyo .