KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapitalisasi pasar alias market cap emiten IDX BUMN20 tercatat turun sejak awal tahun atawa
year to date (YTD). Market cap IDX BUMN20 turun Rp 50,15 triliun secara YTD. Per 31 Desember, market cap 20 emiten plat merah ini berjumlah Rp 2.446,62 triliun. Sementara, market cap IDX BUMN20 per Jumat (19/4) sebesar Rp 2.396,46 triliun. Penurunan market cap terbesar dialami oleh PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) yang tergerus Rp 79,24 triliun secara YTD. Disusul oleh market cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) yang turun Rp 68,20 triliun dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (
MTEL) yang turun Rp 10,02 triliun.
TLKM juga mencatatkan penurunan kinerja saham sebesar 20,25% secara YTD. Sementara, kinerja saham BBRI turun 7,86% dan MTEL turun 17,02% secara YTD. Sementara, penurunan terbesar kinerja saham secara YTD dialami oleh PT Bank Raya Indonesia Tbk (
AGRO). Secara YTD, penurunan harga saham AGRO sebesar 21,29%.
Baca Juga: Telkom Kantongi Pendapatan Rp 37,4 Triliun di Kuartal I-2024, Laba Bersih Turun Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengungkapkan, di antara deretan 20 saham yang tergolong dalam IDX BUMN20, kinerja saham AGRO Dan TLKM mengalami penurunan paling besar. Salah satu sentimen penurunan saham AGRO sejak awal tahun 2024 karena bisnis Bank Raya pada periode sebelumnya masih mencatatkan penurunan pada sisi tingkat penyaluran kredit yang diberikan. “Total dana simpanan nasabah juga terlihat masih
underperform sepanjang tahun 2023 kemarin,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/4). Sama halnya dengan sisi performa harga saham, AGRO selama periode awal tahun ini kehilangan sekitar 19,50% dari total market cap dan akhirnya hanya tersisa Rp 6,11 triliun.
Baca Juga: Market Cap Emiten BUMN Turun, Simak Sentimen dan Prospeknya “Di sisi lain, adanya penguatan pada harga saham TINS membuat total market cap bertambah sekitar 51,52% menjadi Rp 7,4 triliun sejak awal tahun ini,” paparnya. Sebagai catatan, market cap TINS per 31 Desember 2023 sebesar Rp 4,80 triliun. Jumlah market cap TINS naik ke Rp 7,44 triliun per tanggal 19 April 2024. Sementara, harga saham TINS naik 55,04% secara YTD. Kenaikan saham TINS dinilai Khaer merupakan respons pasar terhadap lonjakan pada harga komoditas timah global. “Harga nikel dan tembaga juga melonjak setelah Inggris dan Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi yang berupa larangan perdagangan pasokan baru logam industri penting dari Rusia di dua negara itu,” tuturnya.
Baca Juga: Saham Masih Disuspensi, Begini Pelaksanaan Rights Issue WIKA Di tahun 2024, peluang perbaikan kinerja pada emiten emiten BUMN pada tahun ini masih cukup besar. Contohnya, emiten komoditas masih prospektif didorong dengan memanasnya konflik geopolitik yang akan menaikkan beberapa harga komoditas dunia. Selain itu, potensi pelonggaran suku bunga bank sentral di tahun ini juga akan berdampak positif pada kinerja emiten emiten perbankan. Namun, kinerja beberapa emiten BUMN pada periode kemarin memang masih belum diapresiasi positif oleh pasar. “Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh aliran dana asing yang masih terfokus pada beberapa sektor saja di bursa. Selain itu, kinerja indeks secara keseluruhan juga masih cenderung
sideways,” paparnya. Khaer pun merekomendasikan
investment buy untuk saham TLKM dengan target
intrinsic value di kisaran harga Rp 4.300 per saham.
Baca Juga: Mampukah IHSG Bertahan di Atas 7.000 Setelah Anjlok 2,74% Pekan Lalu? Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mencermati, kinerja IDX BUMN20 turun 1,05% secara YTD. Hal ini berasal beberapa emiten dengan bobot besar di dalam indeks yang kinerjanya mengalami penurunan sejak awal tahun. Emiten yang dimaksud adalah PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) yang memiliki bobot 16,21% terhadap indeks dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) dengan bobot 14,63% terhadap indeks. “Emiten lain yang berbobot besar terhadap indeks dan juga mengalami penurunan adalah BBRI, TLKM, SMGR, dan ANTM,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (19/4). Sentimen penurunan itu adalah potensi dimundurkannya jadwal penurunan tingkat suku bunga dan tekanan geopolitik di Timur Tengah. Namun, kinerja perbankan turun sejak peraturan relaksasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selesai pada akhir bulan Maret 2024. Hal ini turut menyeret harga-harga saham perbankan. Oleh karena itu, kinerja IDX BUMN20 yang didominasi oleh saham-saham perbankan juga ikut turun. “Belum lagi penurunan kinerja saham TLKM yang hasil laporan keuangan tidak sesuai dengan ekspektasi. Hal ini tentu semakin membuat IDX BUMN20 kian mengalami tekanan,” paparnya.
Baca Juga: Bursa Saham Masih Dalam Tren Muram, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini Di tahun 2024, kinerja emiten di IDX BUMN20 yang akan mencatatkan kinerja baik adalah mereka yang memiliki bisnis di industri minyak dan batubara, seperti ELSA, ANTM, dan PTBA.
Namun, bukan berarti sektor perbankan tidak akan mengalami kinerja yang baik. Menurut Nico, sektor perbankan masih memiliki fundamental yang kuat dan potensi valuasi yang menarik di masa mendatang. “Penurunan harga saham perbankan akan membuat valuasi menjadi kian menarik,” ungkapnya. Nico pun menyarankan investor untuk beli saham BMRI, BBNI, BBRI, ANTM, ELSA, dan JSMR. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati