KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapitalisasi pasar alias market cap emiten di IDX BUMN20 tercatat turun secara
year to date (YTD) atau sejak awal tahun. Market cap IDX BUMN20 turun Rp 50,15 triliun secara YTD. Per 31 Desember, market cap 20 emiten plat merah ini berjumlah Rp 2.446,62 triliun. Sementara, market cap IDX BUMN20 per Jumat (19/4) sebesar Rp 2.396,46 triliun. Penurunan market cap terbesar dialami oleh PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) yang tergerus Rp 79,24 triliun secara YTD. Lalu, disusul oleh market cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) yang turun Rp 68,20 triliun dan PT Mitratel Tbk (
MTEL) yang turun Rp 10,02 triliun.
TLKM juga mencatatkan penurunan kinerja saham sebesar 20,25% secara YTD. Sementara, kinerja saham BBRI turun 7,86% dan MTEL turun 17,02% secara YTD.
Baca Juga: Saham Masih Disuspensi, Begini Pelaksanaan Rights Issue WIKA Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, penurunan kinerja saham TLKM disebabkan pertumbuhan laba yang di bawah konsensus pasar. Sehingga, TLKM mengalami koreksi berat karena direspons negatif oleh pasar “Sementara, saham BBRI turun tajam setelah membagikan dividen,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/4). CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat, dari 20 emiten di IDX BUMN20, TLKM dan BBRI tercatat mengalami penurunan market cap terbesar sejak awal tahun 2024. Market cap TLKM mengalami penurunan sebesar 18,98% dan BBRI turun 6,61%. “Penurunan ini menjadi faktor utama yang menghambat kenaikan IDX BUMN20, mengingat bobot keduanya yang besar dalam indeks tersebut, masing-masing 15%,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (18/4).
Baca Juga: Bank Mandiri Pastikan Likuiditas Tetap Terjaga di Tengah Fluktuasi Nilai Tukar Setidaknya ada dua sentimen utama yang menyebabkan penurunan market cap dan harga saham para emiten BUMN.
Pertama, adanya aksi
profit taking atau ambil untung para investor ketika harga sedang tinggi sepanjang bulan Februari-Maret lalu. “
Kedua, anjloknya harga saham TLKM akibat kinerja yang di bawah konsensus pasar dan laba perseroan di kuartal IV 2024 lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya,” ungkapnya. Di tahun 2024, sektor perbankan BUMN dalam IDX BUMN20 akan menunjukkan performa yang gemilang. Hal ini sudah tercermin dari beberapa bank BUMN mencatatkan kenaikan harga saham yang signifikan. Kinerja saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS) memimpin dengan kenaikan sebesar 45,98% secara YTD. Sementara, PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN) menyusul di urutan kedua dengan kenaikan sebesar 10% YTD.
Baca Juga: Kredit Diramal Tumbuh Double Digit, Begini Rekomendasi Saham BBRI dari Analis Menurut Praska, kenaikan harga saham bank-bank BUMN ini didorong oleh beberapa faktor.
Pertama, pemulihan ekonomi nasional yang mendorong pertumbuhan kredit dan laba bank.
Kedua, jumlah
non performing loan (NPL) bank-bank BUMN menurun. Hal itu menunjukkan kualitas kredit mereka membaik.
Ketiga, bank-bank BUMN telah melakukan efisiensi biaya, sehingga meningkatkan profitabilitas. Keempat, bank-bank BUMN tengah gencar melakukan digitalisasi layanan, sehingga menarik minat nasabah milenial. Jika dilihat secara indeks, prospek kinerja IDX BUMN20 masih cerah di tahun 2024. Hal ini disebabkan oleh empat faktor utama.
Pertama, pemulihan ekonomi. “Pertumbuhan ekonomi domestik yang diproyeksikan pulih akan mendorong kinerja BUMN di berbagai sektor,” tuturnya.
Baca Juga: Erick Thohir Ingatkan BUMN Antisipasi Dampak Ekonomi dan Geopolitik Global Kedua, peningkatan belanja infrastruktur. Fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur ini dinilai akan membuka peluang bagi BUMN di sektor konstruksi dan perhubungan.
Ketiga, kebijakan pemerintah yang berpihak pada BUMN yang dapat mendongkrak profitabilitas, seperti penugasan dan subsidi. “
Keempat, BUMN dengan rekam jejak pembayaran dividen yang baik akan menarik investor jangka panjang,” paparnya.
Praska pun merekomendasikan beli untuk ANTM, JSMR, dan PGAS dengan target harga masing-masing Rp 1.900 per saham, Rp 5.700 per saham, dan Rp 1.500 per saham. Sentimen untuk ANTM adalah kenaikan komoditas emas. Kinerja JSMR akan prospektif tersengat sentimen kenaikan penggunaan tol selama Lebaran 2024. “Sementara, kinerja PGAS baik didorong oleh kenaikan komoditas gas akibat peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah,” ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati