Market cap Pollux Properti Indonesia (POLL) capai Rp 7,52 triliun, ini kata analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada semester I 2019, PT Pollux Properti Indonesia Tbk mencetak pendapatan Rp 403,51 miliar. Bila dibandingkan dengan perolehan semester I-2018 yang tercatat hanya Rp 135,73 miliar, maka pendapatan mereka naik 197,29% yoy. Dus, laba bersih juga ikut terkerek naik 200,5% dari Rp 11,93 miliar menjadi Rp 35,85 miliar. 

Di sisi lain, harga saham emiten berkode POLL ini telah naik 227,45% dalam satu tahun terakhir ke level Rp 6.025. Dengan begitu, kapitalisasi pasar POLL saat ini mencapai Rp 7,52 triliun. 

Baca Juga: Prediksi IHSG besok: Diterpa sentimen pemakzulan Trump hingga aksi demonstrasi


Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas melihat kenaikan tersebut juga didasari oleh pertumbuhan kinerja perusahaan. Kendati begitu, ada kemungkinan kenaikan kinerja tersebut juga dimanfaatkan oleh bandar. 

"Karena saham yang tersebar juga masih 15% jadi akan sangat mudah untuk menaikkan harga saham ini," jelas Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (29/9). 

Asal tahu saja, POLL resmi menjadi perusahaan publik pada 11 Juli 2018. Pada saat itu, harga IPO POLL tercatat sebesar Rp 615. Artinya, sejak IPO harga saham POLL telah terkerek hingga 879,67%. Pada Agustus 2019 lalu, saham POLL sempat diberhentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena dalam sepekan sempat naik 36,88% dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.475. 

Soal kinerja keuangan POLL, perusahaan properti swasta tersebut mencatatkan penjualan yang signifikan pada segmen apartemen. Pada semester I-2019, POLL berhasil menjual apartemen senilai Rp 376,65 miliar. Angka tersebut naik signifikan dari hasil semester I-2018 yang hanya tercatat Rp 70,9 miliar. 

Baca Juga: AEI: Sudah tidak up to date, undang-undang pasar modal perlu diperbarui

Pendapatan dari hasil menjual apartemen juga menyumbang 93,34% dari total seluruh pendapatan semester I-2019. Sementara itu penjualan perkantoran justru terlihat turun 58,37% yoy dari Rp 62,91 miliar menjadi Rp 26,19 miliar. 

Melihat kondisi tersebut, Sukarno mengamini bahwa penjualan apartemen memang masih sangat prospektif dalam jangka panjang. "Apalagi jika posisi apartemen langsung terhubung dengan kendaraan umum langsung ke tempat kerja, jadi akan sangat diminati," imbuh dia. 

Editor: Tendi Mahadi