MARKET GLOBAL: NAFTA selamat, harga minyak semakin menanjak



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sebuah perjanjian antara Amerika Serikat dan Kanada untuk menyelamatkan kesepakatan perdagangan bebas trilateral NAFTA, bersama Meksiko, mendorong gairah pasar saham global, dolar Kanada, dan harga minyak pada hari Senin (1/10).

Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) yang baru saja diumumkan pada Minggu berhasil mempertahankan zona perdagangan terbuka senilai 1,2 triliun dolar yang berada di ambang kehancuran setelah hampir seperempat abad.

"Ini adalah berita baik tidak hanya bagi NAFTA dan Amerika Utara pada umumnya, tetapi banyak pelaku pasar benar-benar melihat ini sebagai positif untuk negosiasi di masa depan, terutama dengan China," kata Lindsey Bell, ahli strategi investasi di CFRA Research di New York.


Dow Jones Industrial Average naik 192,9 poin (0,73%) menjadi 26.651,21. S&P 500 naik 10,61 poin (0,36%) menjadi 2.924,59. Nasdaq Composite turun 9,05 poin (-0,11%) menjadi 8.037,30.

USMCA bertujuan membawa lebih banyak pekerjaan ke Amerika Serikat, dengan Kanada dan Meksiko menerima perdagangan yang lebih ketat dengan Amerika Serikat, mitra ekspor utama mereka.

Kesepakatan ini juga secara efektif mempertahankan sektor otomotif seperti sekarang dan sebagian besar memberi Kanada dan Meksiko prospek tarif AS pada kendaraan mereka, meskipun itu akan membuat lebih sulit bagi pembuat mobil global untuk membangun mobil murah di Meksiko.

Saham industri, terutama saham yang terkait dengan mobil dan kereta api naik. Ford Motor Co naik 0,8%, sementara General Motors naik 1,6%. Saham Kansas City Southern naik 2,9%.

Dari benua biru, Indeks FTSEurofirst 300 pan-Eropa naik 0,22%. Saham Italia membalik kenaikan sebelumnya dan tutup dengan peningkatan 0,5%, karena kekhawatiran baru tentang anggaran Italia.

Wakil perdana menteri Italia, Luigi Di Maio, Senin menuduh pejabat Uni Eropa dengan sengaja mengacaukan pasar keuangan dengan komentar negatif tentang rencana anggaran negara itu.

Indeks MSCI terluas dari saham Asia Pasifik di luar Jepang ditutup turun 0,22%. Indeks saham MSCI di seluruh dunia naik 0,15%.

Di ranah pasar matauang, pound Inggris naik terhadap dolar AS setelah Bloomberg melaporkan bahwa pemerintah Inggris mengusulkan kompromi atas masalah perbatasan Irlandia dalam pembicaraan Brexit.

Dolar Kanada menguat ke level tertinggi empat bulan terhadap dolar AS dan peso Meksiko mencapai level tertinggi dalam lebih dari tujuh minggu setelah perjanjian perdagangan baru.

Volume perdagangan obligasi pemerintah Italia pada hari Jumat telah mencapai level tertinggi untuk satu hari sejak 2011 pada platform Obligasi Pemerintah Eropa milik Tradeweb, kata perusahaan itu. Sekitar 5,5 miliar euro (US$ 6,4 miliar) diperdagangkan pada hari itu, katanya.

Euro yang terpukul oleh kekhawatiran tentang kenaikan defisit fiskal Italia, turun di bawah US$ 1,16 per euro.

Dua survei pada hari Minggu menunjukkan pertumbuhan manufaktur China gagap pada September karena permintaan domestik dan ekspor melunak.

Mengikuti kesepakatan perdagangan, imbal hasil obligasi pemerintah AS naik karena pedagang menjual instrumen surat utang safe-haven ini untuk beralih ke aset yang lebih berisiko.

"Ada nada risk-on yang cukup signifikan mengikuti perjanjian NAFTA baru," kata Mike Lorizio, pedagang pendapatan tetap senior di Manulife Asset Management di New York.

Harga emas juga merosot pada peningkatan minat untuk aset berisiko. Spot emas turun 0,3% menjadi US$ 1,188.71 per ounce. Emas berjangka AS turun 0,31% menjadi US$ 1,192.50 per ounce.

Harga minyak melonjak lebih dari US$ 2 per barel, naik ke level yang tak pernah tersentuh sejak November 2014, terhantui sanksi AS terhadap Iran dan kesepakatan perdagangan Amerika Utara yang dipandang sebagai pendorong pertumbuhan.

Minyak Brent berjangka ditutup pada US$ 84,98 per barel, naik US$ 2,25, atau 2,7%. Dalam perdagangan pasca-penyelesaian, kontrak terus menguat, naik ke US$ 85,45 per barel, perdagangan pertama di atas harga US$ 85 sejak November 2014. 

Minyak mentah ringan AS berjangka ditutup naik US$ 2,05 per barel di US$ 75,30, level tertinggi sejak November 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana