Market masih panik pasca pemangkasan suku bunga The Fed, ini sejumlah buktinya



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Ketika virus corona menyebar di Korea Selatan, Eropa dan Amerika Serikat, Federal Reserve AS memutuskan untuk memangkas suku bunga pada hari Selasa (3/3/2020). Ini merupakan langkah darurat yang bertujuan untuk mencegah resesi global seiring dampak penyebaran virus yang menjatuhkan korban pada industri perjalanan udara, pariwisata dan industri lainnya.

Meskipun The Fed menunjukkan upaya untuk membendung dampak ekonomi dari virus corona, pasar keuangan global masih cemas. Lihat saja. Data reuters menunjukkan, pasar saham global anjlok cukup dalam pada Selasa. 

Indeks saham AS turun lebih dari 2%. Dow Jones Industrial Average turun 2,94% menjadi 25.917,41. Indeks S&P 500 melorot 2,1% menjadi 3.003,37. Sedangkan indeks Nasdaq Composite turun 2,99% menjadi 8.684,09.


Baca Juga: Amerika habis-habisan melawan corona, Seattle laporkan lagi 3 korban meninggal   Sementara itu, harga emas berjangka yang merupakan aset safe-haven gold naik 3,1%. 

Di sisi lain, dollar AS melemah. Indeks dollar melemah 0,4% dengan euro menguat 0,4% menjadi US$ 1,1177 dan yen Jepang menguat 1,02% menjadi 107,24 per dollar. 

Bagaimana dengan minyak? Harga minyak ditutup mixed. 

Harga minyak Brent turun 4 sen per barel menjadi US$ 51,86 per barel, setelah sebelumnya sempat melonjak ke posisi US$ 53,90 pasca pemangkasan suku bunga. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 43 sen per barel menjadi US$ 47,18 per barel setelah sempat diperdagangkan di posisi US$ 48,66 per barel. 

Baca Juga: Mengejutkan! The Fed cukur bunga 50 bps, pemotongan terbesar sejak 2008

Sepertinya, analis dan investor mempertanyakan apakah penurunan suku bunga akan cukup jika virus terus menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa virus corona akan membebani ekonomi AS untuk beberapa waktu dan ia percaya tindakan bank sentral akan memberikan "dorongan berarti bagi ekonomi."

Namun, kemerosotan dalam pasar saham dan kenaikan safe-havens menunjukkan pasar melihat tindakan Fed tidak memadai untuk epidemi yang telah menewaskan lebih dari 3.000 orang di seluruh dunia dan mengancam akan memperlambat pertumbuhan global secara signifikan.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie