KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya memperbesar ekosistem keuangan syariah di Indonesia masih terus digalakkan oleh regulator dan bank syariah di tanah air. Maklum saja, pangsa pasar perbankan syariah masih di kisaran 7% di tahun 2024. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong ekosistem keuangan syariah. Salah satunya dengan memonitoring kesiapan perbankan syariah untuk melakukan
spin off unit syariah dan menuntut bank lebih proaktif dan progresif dalam memanfaatkan berbagai peluang untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan yang lebih tinggi. Di sisi lain, sejumlah bank syariah juga terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Bank-bank ini mendorong pertumbuhan aset melalui penyaluran pembiayaan dan himpunan dana pihak ketiga (DPK).
Ambil contoh PT Bank Mega Syariah, yang melihat potensi pasar bank syariah masih terbuka lebar. Sekretaris Perusahaan Bank Mega Syariah Hanie Dewita mengatakan, sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam sebesar 86,88%, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan perbankan syariah.
Baca Juga: Outstanding Kredit Paylater Perbankan Tumbuh 36,66% Per Juli 2024 Selain itu, peluang industri halal yang terus tumbuh semakin memperkuat potensi ini. Dukungan dari berbagai pihak, terutama regulator, menjadi faktor penting dalam mendorong pertumbuhan perbankan syariah di masa depan. "Bank Mega Syariah optimistis dapat mencatat pertumbuhan yang konsisten setiap tahunnya. Salah satu kunci utamanya adalah meningkatkan loyalitas nasabah. Tanpa loyalitas, pangsa pasar yang besar belum tentu menghasilkan dampak signifikan terhadap pertumbuhan bisnis," ungkap Hanie kepada Kontan.co.id, Jumat (6/9). Bank Mega Syariah akan melakukan perluasan segmen pasar dengan mendorong pertumbuhan aset dan pembiayaan dengan fokus pada optimalisasi
cross-selling produk-produk syariah yang relevan dengan kebutuhan nasabah, serta memperluas jaringan distribusi melalui kemitraan strategis. Selain itu, pengembangan layanan digital juga akan menjadi prioritas untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas nasabah.
Baca Juga: BSI Hadirkan Layanan Weekend Banking di 504 Kantor Cabang Selama September 2024 Segmen pembiayaan yang potensial salah satunya adalah sektor konsumer. Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) menjadi penopang utama dengan total volume
outstanding lebih dari 61% dari total pembiayaan per Juli 2024. Pembiayaan di segmen
business banking juga menjadi fokus Bank Mega Syariah. "Potensi pembiayaan korporasi atau organisasi keagamaan diharapkan dapat memperkuat volume
outstanding pembiayaan dan mempercepat pertumbuhan aset. Juga berpotensi meningkatkan segmen ritel melalui pendekatan B2B2C," ungkap Hanie. Bank Mega Syariah telah melayani masyarakat Indonesia selama lebih dari 25 tahun. Hanie menyebut upaya mempererat kerja sama dengan berbagai lapisan masyarakat menjadi hal yang terpenting. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk kepentingan bisnis, tetapi juga untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi umat dan mendorong kesejahteraan bersama.
Baca Juga: BSI Siapkan Rp 2,8 Triliun Antisipasi Lonjakan Transaksi di PON XXI Aceh-Sumut Senada, PT Bank BCA Syariah juga terus berupaya mendorong pertumbuhan asetnya tahun ini dengan menetapkan beberapa strategi, yakni melalui pengembangan digital dan infrastruktur untuk memberikan layanan dan produk yang optimal kepada semua segmen nasabah. "Selain pengembangan digital, kami juga meningkatkan kerja sama pemasaran dengan berbagai komunitas untuk meningkatkan dana murah. Dengan dana murah yang optimal tentunya dapat menunjang penyaluran pembiayaan yang lebih kompetitif," ungkap Direktur BCA Syariah Pranata kepada Kontan, Jumat (8/9). Pranata merinci, aset BCA Syariah per Juli 2024 tercatat tumbuh 9,19% YoY mencapai Rp 14,1 triliun. Pertumbuhannya ditopang oleh peningkatan DPK mencapai Rp 10,7 triliun atau tumbuh sebesar 10% YoY. Sejalan dengan itu penyaluran pembiayaan BCA Syariah meningkat mencapai 20% YoY per Juli 2024 mencapai Rp9,5 triliun. Jika dilihat dari pertumbuhannya, pembiayaan konsumer mengalami pertumbuhan yang tertinggi yaitu sebesar 85,3%. "Kami masih melihat potensi yang cukup besar untuk meningkatkan pertumbuhan konsumer melalui pembiayaan emas iB dan KPR iB. Kami akan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dana di semua segmen pembiayaan untuk menjaga kualitas pembiayaan yang baik," ungkap Pranata.
Baca Juga: Kuncuran Kredit Bank ke Sektor Tambang Deras Adapun Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, Pandji P. Djajanegara mengatakan, dengan peluang sekitar 93%
market share yang terbuka lebar, pihaknya akan terus mengejar potensi tersebut.
"Bank Syariah harus memiliki produk yang berbeda dengan produk konvensional, produk yang lebih memiliki
added value dibanding produk konvensional, dan masuk ke dalam market yang selama ini belum terlalu dilirik, seperti
muslim community, halal ekosistem," ungkap Pandji. Pihaknya akan mulai dari segmen retail dan
small medium enterprise (SME) karena ini market yang paling tumbuh cepat. Pandji juga menyebut pihaknya akan terus melakukan
enhancement atas produk-produk berbasis digital, mengingat mayoritas nasabah Bank CIMB Niaga Syariah yang sudah lebih condong kaum
millennials. "Kerja sama dengan organisasi keagamaan saat ini pun sudah ada dan berjalan dengan baik, dan ke depan juga jadi salah satu pilar tidak saja bagi CIMB Niaga Sayriah tapi juga seluruh perbankan syariah," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati