Marketing sales BSDE naik 71% di 2013



JAKARTA. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) berhasil membukukan kinerja ciamik di tahun 2013. Emiten properti ini mencatatkan marketing sales sebesar Rp 7,35 triliun sepanjang tahun lalu. Jumlah itu melebihi target perseroan ini yang sebesar Rp 7 triliun.

Hermawan Wijaya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BSDE menjelaskan, penjualan tersebut tumbuh 71,7% dibandingkan marketing sales tahun 2012 yang tercatat Rp 4,28 triliun. Pertumbuhan ini ditopang dari penjualan tanah, rumah tinggal, ruko dan bangunan industrial. Penjualan rumah tapak (klaster) terutama di BSD City direspon cukup baik oleh pasar.

Tahun lalu, BSDE memang getol menambah klaster perumahan baru. Misalnya saja, sub-klaster Ingenia dan Illustria yang kelebihan permintaan hingga 24 kali. Belum lagi, ada penjualan lahan dan proyek-proyek ruko. "Penjualan residensial di BSD City masih menopang pendapatan tahun lalu," ujar dia kepada KONTAN, Senin (20/1).


Hermawan bilang, BSDE membukukan pendapatan anorganik atau extraordinary revenue dari penjualan lahan kepada AEON mall dan Hongkong Land. Kedua proyek besar itu memberikan sumbangan penjualan sebesar Rp 1,9 triliun. "Jadi sebenarnya, target awal marketing sales dari penjualan organik BSDE sekitar Rp 5 triliun," kata dia.

Meski sepanjang tahun lalu BSDE membukukan pendapatan tinggi, tahun ini BSDE lebih konservatif dalam melihat pasar. Hermawan masih enggan menyebutkan target marketing sales di tahun 2014. Namun, pertumbuhannya diperkirakan belum tentu mencapai 10%.

Soalnya, BSDE juga belum ada rencana ekspansi anorganik seperti yang dilakukan di tahun 2013. "Pertumbuhannya tak akan tinggi karena belum ada proyek yang terlalu besar. Kami sangat hati-hati," ujar Hermawan.

Tak ekspansif

Tahun lalu, BSDE menganggarkan belanja modal sebesar Rp 4 triliun. Selain pembangunan proyek perumahan, dana itu digunakan untuk menambah landbank baru, misal, untuk mengakuisisi tiga hektare lahan di kawasan Rasuna Epicentrum, Kuningan. Tahun ini, BSDE akan membangun proyek high rise di kawasan tersebut.

Hermawan bilang, di tahun 2014, jumlah belanja modal BSDE mungkin sama dengan tahun lalu atau lebih kecil. Sebab, emiten properti lebih menahan diri melakukan ekspansi lantaran suku bunga yang masih tinggi.

Meski cukup cemerlang di tahun lalu, analis sepertinya belum melihat prospek saham BSDE akan bersinar di tahun ini. Analis Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo mengatakan, dalam jangka pendek, saham BSDE masih akan tertekan.

Likuiditas uang beredar atau money flow di sektor properti jauh lebih rendah dari tahun lalu. "Berdasarkan pendekatan makro, saham-saham properti, termasuk BSDE masih dalam posisi tertekan," kata dia.

Pasar sendiri masih menilai sektor properti cenderung negatif. "Harganya murah, tetapi belum rendah. Artinya, masih ada potensi koreksi," lanjut Lucky.

Sementara, prospek jangka panjang BSDE, menurut Lucky, juga masih menekan BSDE untuk berekspansi lantaran kenaikan suku bunga acuan. Akibatnya, akan ada penurunan permintaan di sektor properti.

Maka itu, ia memprediksikan, marketing sales BSDE tahun ini hanya tumbuh 5% dibandingkan tahun lalu. "Belum ada indikator positif yang bisa mendorong saham properti," ujar dia.

Menurut Lucky, harga BSDE akan melemah 2%-3% ke Rp 1.435 dalam jangka pendek. Sementara di jangka panjang, berpotensi naik 7%-11% ke Rp 1.615. Senin (20/1), harga saham BSDE stagnan di Rp 1.455 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana