Martina Berto optimistis segera membaik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Martina Berto Tbk membukukan kenaikan pendapatan di awal tahun ini. Namun dari sisi bottomline, emiten berkode saham MBTO di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini belum membuahkan pertumbuhan positif.   Menilik laporan kuartal I-2018, pendapatan bersih Martina Berto tercatat sebesar Rp 149 miliar. Jumlah ini naik 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 132 miliar.

Walaupun meraih kenaikan pendapatan bersih, beban pokok penjualan Martina Berto terangkat cukup tinggi. Di tiga bulan pertama tahun ini, Martina Berto membukukan beban pokok penjualan Rp 76 miliar, naik 15% dibandingkan periode sama tahun lalu, yang hanya Rp 66 miliar.

Bahkan, laba bersih Martina Berto tergerus cukup dalam hingga 42%. Di kuartal I-2018 laba bersih Martina Berto sebesar Rp 479 juta. Padahal di periode yang sama tahun lalu, laba bersih Martina Berto dapat mencapai Rp 832 juta.


Walaupun menorehkan kinerja yang kurang memuaskan di awal tahun, Bryan David Emil, Direktur Utama Martina Berto masih optimistis industri kosmetik di kuartal II-2018 akan lebih baik dibandingkan kuartal I-2018.

"Kelihatannya kuartal II vs kuartal I ada kenaikan volume dan value," ujar Bryan kepada KONTAN, Selasa (28/5).   Hingga akhir tahun ini, Martina Berto optimis dapat meraih target penjualan bersih di angka Rp 786 miliar. Adapun cara menggapai target itu, kata Bryan, perlu ada peningkatan marketing sales supaya meningkatkan brand ekuitas pelanggan.

Di sisi lain, Martina Berto bakal mempertajam strategi dan pelaksanaan brand management, channel management, serta distribusi supaya keterjangkauan masyarakat lebih meluas.

Sebagai bentuk inovasi produk. Dalam waktu dekat ini Martina Berto akan mengeluarkan produk-produk kosmetik baru. Selain itu, untuk menumbuhkan penjualan, perusahaan ini akan memperkuat bisnis online.

Guna merealisasikan target bisnis tahun ini, Martina Berto mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 59 miliar. Manajemen Martina Berto akan menggunakan dana belanja modal tersebut salah satunya untuk membeli mesin-mesin produksi.

Mayoritas sumber dana belanja modal berasal dari pinjaman bank. Lalu, dalam porsi kecil akan mereka penuhi dari kas internal.

Mengutip data Kementerian Perindustrian (Kemperin), industri farmasi, produk obat kimia dan tradisional tahun lalu tumbuh 6,85% dibandingkan tahun 2016. Khusus ekspor kosmetik tahun lalu mencapai Rp 19 triliun, atau naik 11,9% dibandingkan tahun 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat