Maruarar: Mbak Mega tak pernah cemburu sama Jokowi



JAKARTA. Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengatakan, situasi di internal partainya masih kondusif dan tak terpecah. Hal itu ia katakan menanggapi dukungan masyarakat untuk kader PDI Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi menjadi calon presiden di periode 2014-2019, melebihi dukungan untuk Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

"Mbak Mega tak pernah cemburu sama Jokowi, hubungannya tetap harmonis. Coba kalau Agung Laksono lebih tinggi (elektabilitasnya) dari Ical, atau Fadli Zon lebih tinggi dari Prabowo, gimana? Tapi, di kita semuanya tetap harmonis," kata Maruarar saat dihubungi, Kamis (9/1/2014).

Maruarar menjelaskan, harmonisnya hubungan Megawati dan Jokowi dilandasi oleh tiga hal, yaitu kesamaan ideologis, historis, dan terjalinnya komunikasi yang baik. Dari sisi ideologis, Maruarar menilai Megawati dan Jokowi sebagai anak ideologis dari Bung Karno. Pasalnya, kebijakan dan sikap politik keduanya selalu sesuai dengan pemikiran serta gagasan yang telah diajarkan oleh Bung Karno.


Mengenai historis, menurutnya, Mega dan Jokowi telah telah sejak lama terlibat dalam pergerakan politik sebelum nama Gubernur DKI Jakarta itu melambung sebagai figur potensial untuk menjadi pemimpin nasional, misalnya, saat Jokowi maju sebagai calon wali kota Solo, atau saat bertarung menjadi calon gubernur di Jakarta.

Dalam dua pemilihan kepala daerah itu, kata Maruarar, Megawati tak segan turun langsung menjadi juru kampanye dan memimpin rapat-rapat pemenangan Jokowi. "Hubungan historis itu sudah panjang dan dalam. Sampai sekarang masih baik," ujarnya.

Selanjutnya, kata dia, seluruh mesin PDI Perjuangan juga sangat percaya dengan semua keputusan yang diambil Mega. Hal itu sesuai dengan amanat Kongres III PDI Perjuangan pada 2010.

Bagi Maruarar, kepercayaan internal partainya terhadap Megawati dilatari oleh rekam jejak Megawati di kancah politik nasional. Dalam hal ini, Megawati dianggap memiliki pandangan yang visioner, tepat, dan bijaksana.

Semuanya tampak dari keputusan Megawati mengusung Jokowi sebagai calon gubernur DKI Jakarta, Ganjar Pranowo di Jawa Tengah, dan Tri Rismaharini di Kota Surabaya. Awalnya, banyak yang pesimistis dengan keputusan Megawati hingga akhirnya menang.

"Mbak Mega punya insting politik yang kuat. Terlihat juga saat kita menolak masuk dalam Setgab (koalisi). Bayangkan kalau kita berjuang dari dalam (koalisi) dengan kondisi seperti sekarang ini," pungkasnya.

Seperti diberitakan, di kalangan internal PDI-P masih banyak pengikut setia Megawati meskipun survei terakhir Kompas memperlihatkan sebagian kader yang semula memilih Megawati beralih ke Jokowi.

Hasil survei Kompas, Jokowi mendapat dukungan 17,7 persen pada survei pertama, Desember 2012. Setahun kemudian, dukungan untuk Jokowi melejit menjadi 43,5 persen. Adapun elektabilitas Megawati melorot dari 9,3 persen menjadi 6,1 persen. (Indra Akuntono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan