KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Wakil Presiden terpilih, KH Ma’ruf Amin mendorong perternak unggas untuk terus berproduksi secara kreatif di tengah tekanan ekonomi global yang tidak pasti dan kekalahan Indonesia melawan Brasil di World Trade Organisation (WTO). Hal ini membuka pintu unggas dari Brasil membanjiri pasar domestik. Melihat kondisi tersebut, Ma'aruf meminta masalah itu dapat diatasi dengan peningkatan produktivitas dan efisien para peternak lokal . Dengan demikian, masuknya ayam Brasil tidak mengganggu kepentingan peternak nasional dalam memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.
Baca Juga: Peternak sebut pemangkasan populasi telur tetas efektif dongkrak harga ayam "Tinjauan kehalalan produk ayam Brasil perlu kita cermati lebih dalam,” ujar Ma’ruf Amin dalam sambutannya di Munas Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat) Indonesia, Sabtu (21/9) seperti dikutip dari siaran pers. Ma'ruf Amin melanjutkan, perilaku konsumen masyarakat Indonesia yang lebih menyukai produk segar, bisa menjadi benteng kuat untuk menahan importasi ayam itu. Selain itu, ia juga menyoroti masalah lain yang dihadapi peternak unggas, yaitu permintaan daging ayam dan telur yang terus meningkat setiap tahun tetapi di sisi lain peternaknya semakin terpuruk. “Ini berarti ada yang salah dalam mengelola sektor ini. Mungkin kebijakan ekonomi sektor peternakan harus diubah total,” dia menambahkan. Karena itu, Wakil Presiden terpilih ini menyampaikan dua pendekatan. Pertama, pendekatan mikro dan teknis. Dia mempertanyakan apakah peternak sering salah dan tidak efisien dalam mengelola usahanya? Kedua, pendekatan kultural dengan melihat etos kerja peternak. “Tapi saya yakin peternak kita termasuk yang punya etos kerja yang baik,” kata Ma’ruf. Pekerjaan saat ini, lanjutnya, adalah melihat dan mengevaluasi peran dari pemerintah dalam mendukung dan menciptakan iklim usaha agar bisa baik dan harmoni.
Baca Juga: Kemendag panggil asosiasi bahas anjloknya harga ayam Sementara Ketua Umum Pinsar, Singgih Januratmoko menyebutkan dalam waktu singkat pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang efektif dalam mengatasi keterpurukan peternak unggas. “Sudah hampir setahun peternak unggas mengalami kerugian dan menuju jurang kehancuran tapi belum ada langkah efektif pemerintah menyelesaikan masalah itu,” dia menegaskan.
Singgih yang juga anggota DPR RI terpilih itu menyebutkan, pemerintah cuma mengambil langkah pemadam kebakaran. Ia mengatakan, yang peternak perlukan adalah kebijakan permanen yang efektif karena mereka mengkontribusi hampir 70% kebutuhan protein yang murah untuk rakyat Indonesia. "Akibatnya, dalam tahun ini peternak kecil dan peternak mandiri mengalami kerugian sekitar Rp 2 triliun. Bahkan sudah banyak dari mereka yang terpaksa menutup usahanya. “Pemerintah yang paling bertanggung jawab dengan penderitaan peternak,” Singgih menegaskan.
Baca Juga: Harga anjlok, Kemtan pangkas populasi ayam lagi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli