JAKARTA. Masa depan harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) akan cerah. Tahun depan, harga CPO berpeluang naik karena penurunan pasokan, pelemahan dolar AS, kenaikan harga minyak bumi, serta kenaikan permintaan CPO.Hingga pukul 15.00 WIB kemarin, harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange (MDEX) untuk pengiriman Desember 2009, naik 1% menjadi RM 2.057 per ton atau sekitar US$ 593 per ton.Kepala Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo Futures Apelles Kawangian menjelaskan, menjelang akhir tahun, konsumsi CPO dunia akan meningkat signifikan. Padahal, belakangan ini pasokan CPO mulai berkurang. "Kenaikan demand sangat tinggi, sementara suplai berkurang, sehingga harga CPO akan naik," kata Apelles kepada KONTAN, kemarin.Dia memperkirakan, harga CPO sampai Desember 2009, bisa mencapai RM 2.286 per ton atau sekitar US$ 660 per ton. Kalau pun ada koreksi, kata dia, harga CPO tak akan sampai di bawah RM 2.085 (US$ 602) per ton. "Ini memberi ruang investor untuk berinvestasi CPO," paparnya.Ben Santoso, analis sektor perkebunan di DBS Vickers Securities Singapura, memproyeksikan, tahun depan rata-rata harga CPO akan mencapai RM 2.380 per ton atau sekitar US$ 688 per ton. Catatan saja, selama tahun ini hingga 5 Oktober 2009, rata-rata harga minyak sawit adalah di level RM 2.195 per ton.Sebelumnya, dia memproyeksikan rata-rata harga CPO sebesar RM 2.300 per ton atau US$ 664 per ton. "Kenaikan harga minyak bumi akan menaikkan permintaan CPO sebagai bahan baku energi alternatif," kata Santoso kepada Bloomberg, kemarin.Bahkan Dorab Mistry, Direktur Godjrej International lebih optimistis lagi. Ia meramal, tahun depan harga CPO akan menembus RM 2.400 per ton. "Kenaikan ini terdorong penurunan produksi CPO," kata Mistry. Godrej adalah pemasok CPO terbesar ke India, negara konsumen CPO terbesar kedua di dunia setelah China.ECM Libra, lembaga riset berbasis di Singapura menyatakan, suplai CPO di pasar dunia berkurang pada kuartal keempat 2009 antara lain akibat bencana gempa di Sumatera Barat. Wilayah ini termasuk pusat perkebunan sawit.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Masa Depan CPO Cerah
JAKARTA. Masa depan harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) akan cerah. Tahun depan, harga CPO berpeluang naik karena penurunan pasokan, pelemahan dolar AS, kenaikan harga minyak bumi, serta kenaikan permintaan CPO.Hingga pukul 15.00 WIB kemarin, harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange (MDEX) untuk pengiriman Desember 2009, naik 1% menjadi RM 2.057 per ton atau sekitar US$ 593 per ton.Kepala Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo Futures Apelles Kawangian menjelaskan, menjelang akhir tahun, konsumsi CPO dunia akan meningkat signifikan. Padahal, belakangan ini pasokan CPO mulai berkurang. "Kenaikan demand sangat tinggi, sementara suplai berkurang, sehingga harga CPO akan naik," kata Apelles kepada KONTAN, kemarin.Dia memperkirakan, harga CPO sampai Desember 2009, bisa mencapai RM 2.286 per ton atau sekitar US$ 660 per ton. Kalau pun ada koreksi, kata dia, harga CPO tak akan sampai di bawah RM 2.085 (US$ 602) per ton. "Ini memberi ruang investor untuk berinvestasi CPO," paparnya.Ben Santoso, analis sektor perkebunan di DBS Vickers Securities Singapura, memproyeksikan, tahun depan rata-rata harga CPO akan mencapai RM 2.380 per ton atau sekitar US$ 688 per ton. Catatan saja, selama tahun ini hingga 5 Oktober 2009, rata-rata harga minyak sawit adalah di level RM 2.195 per ton.Sebelumnya, dia memproyeksikan rata-rata harga CPO sebesar RM 2.300 per ton atau US$ 664 per ton. "Kenaikan harga minyak bumi akan menaikkan permintaan CPO sebagai bahan baku energi alternatif," kata Santoso kepada Bloomberg, kemarin.Bahkan Dorab Mistry, Direktur Godjrej International lebih optimistis lagi. Ia meramal, tahun depan harga CPO akan menembus RM 2.400 per ton. "Kenaikan ini terdorong penurunan produksi CPO," kata Mistry. Godrej adalah pemasok CPO terbesar ke India, negara konsumen CPO terbesar kedua di dunia setelah China.ECM Libra, lembaga riset berbasis di Singapura menyatakan, suplai CPO di pasar dunia berkurang pada kuartal keempat 2009 antara lain akibat bencana gempa di Sumatera Barat. Wilayah ini termasuk pusat perkebunan sawit.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News