Masa depan SSIA ada di Subang



JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai memfokuskan portofolio bisnisnya di Subang, Jawa Barat. Namun, bukan berarti portofolio lamanya di Karawang ditinggalkan. Perseroan masih berencana membentuk joint venture (JV) untuk menguasai 100 hektar (ha) lahan di kawasan tersebut.

Catatan saja, dalam bisnis lahan industri, mengembangkan lahan sendiri bakal memberikan margin yang lebih tebal ketimbang lahan yang dikelola dengan skema JV. Hanya saja, dalam JV, modal khususnya untuk akuisisi lahan memang tidak sebesar mengembangkan lahan milik sendiri.

Rizky Hidayat, analis Mandiri Sekuritas mengakui jika margin kawasan industri dengan skema JV memang jauh lebih kecil. Ini terlihat dari pencapaian performa SSIA hingga kuartal III tahun lalu.


Pada periode tersebut, margin SSIA dari bisnis kawasan industri tercatat 73%. Padahal, periode yang sama tahun sebelumnya perseroan mampu mencatat margin hingga 81%.

"Ini ditenggarai karena penjualan 11ha lahan JV ke PT SLP Surya Ticon Internusa (SLP)," ujar Rizky dalam risetnya. Catatan saja, SLP merupakan JV yang dibentuk oleh SSIA, Mitsui Co Ltd dan Ticon Industrial Connection Plc., di mana SSIA menguasai 50% saham JV tersebut.

Tapi setidaknya, turunnya kualitas margin ini masih bisa ternetralisir oleh keputusan SSIA untuk mulai fokus ke Subang juga memberikan efek positifnya tersendiri. Hingga saat ini, SSIA telah mengakuisisi lahan seluas 300 ha di Subang. Akusisi ini setidaknya bisa menjadi booster net asset value (NAV) SSIA.

Dengan solidnya fundamental tersebut ditambah masih murahnya valuasi saham SSIA bakal membuat saham tersebut semakin menarik. Rizky bilang, sejauh ini saham SSIA telah underperform, 33% dibawah IHSG. Dia juga memprediksi, price earning ratio (PER) SSIA tahun ini sekitar 7,9 kali, sama seperti level tahun lalu, dan akan turun jadi 6,3 kali untuk tahun depan.

Lagi pula, Karawang masih memiliki pesonanya sendiri. Kawasan ini masih memiliki daya tarik, sebagai penyangga yang paling dekat dengan Jakarta. Dibandingkan Subang, Karawang juga sudah memiliki infrastruktur yang sudah lebih jauh terbentuk ketimbang Subang.

Sehingga, hal ini turut memberikan katalis positif bagi SSIA. Sayangnya, kondisi makro saat ini diramal masih bakal kurang maksimal. Ada perbaikan, tapi juga tak terlalu signifikan.

Adeline Solaiman, analis Buana Capital menilai jika perbaikan iklim bisnis kawasan industri tahun ini mulai membaik, namun belum terlalu signifikan. Hal ini juga berpengaruh terhadap peforma SSIA tahun ini.

Adeline memprediksi, tahun ini SSIA hanya mampu menjual lahan seluas 20ha, tidak jauh berbeda dengan penjualan tahun lalu. Kenaikan harga rata-rata atau average selling price (ASP) -nya pun juga tidak signifikan.

Tahun ini, ASP lahan SSIA diprediksi US$ 179 per meter persegi, hanya naik 5% dibanding ASP tahun lalu. Sehingga, marketing sales SSIA tahun ini diprediksi Rp 563,85 miliar, hanya naik 4% dibanding estimasi tahun lalu.

Rizky merekomendasikan buy SSIA dengan target harga Rp 1.100 per saham. Sementara, Adeline merekomendasikan hold dengan target harga Rp 692 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto