MASA garap 5.000 hektare kebun karet



JAKARTA. Mulai 2012, PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) resmi menggarap usaha perkebunan karet. Rencana ini masuk ke dalam ekspansi bisnis MASA di sektor hulu.

Saat ini, MASA melalui anak usahanya, yakni PT Multistrada Agro, sudah menguasai lahan perkebunan seluas 33.000 hektar (ha) yang berlokasi di Kalimantan. Sebagai langkah awal, produsen ban ini akan menanami 5.000 ha terlebih dahulu. Penanaman dilakukan dalam dua sampai tiga tahun.

MASA menargetkan lahan yang ditanami tadi bisa memproduksi 4.500-6.000 ton karet setelah lima tahun ditanami. "Asumsinya, 1 ha bisa memproduksi 1,5-2 ton karet, lalu dikalikan 60%, karena lahan itu juga bakal digunakan untuk membangun jalan dan infrastruktur lain," kata Pieter Tanuri, Presiden Direktur MASA, Senin (19/12).


Investasi untuk mengembangkan kebun karet ini lumayan besar. Untuk lahan 1 ha, MASA perlu mengucurkan dana sekitar US$ 5.000-US$ 7.000. Artinya, MASA setidaknya membutuhkan US$ 165 juta-US$ 231 juta untuk menggarap seluruh lahan karet tersebut.

Produsen ban merek Achilles ini akan memenuhi kebutuhan dana investasi tadi dengan dana hasil rights issue. MASA akan melepas 3,06 saham baru seharga Rp 500. Jadi, MASA bakal mendapat dana segar sekitar Rp 1,53 triliun.

MASA hanya akan mengalokasikan Rp 397,93 miliar untuk mengembangkan kebun karet. Untuk menutupi kekurangan dana, MASA akan menggandeng perusahaan lain sebagai mitra. "Kami sedang bernegosiasi dengan beberapa perusahaan, tapi belum bisa disebutkan, yang jelas lebih dari satu," ungkap Pieter.

MASA juga berencana membangun pabrik pengolahan karet berkapasitas 24.000 ton per tahun. Sukarman, Wakil Presiden Direktur MASA, mengatakan, pabrik ini mulai dibangun tahun depan dengan investasi US$ 10 juta. "Akhir 2012 sudah bisa selesai, ada kemungkinan kami ambil karet alam dari luar dulu untuk diolah di pabrik ini karena lahan kami belum berproduksi," beber dia.

Tahan harga saham

Pengembangan perkebunan karet ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan bahan baku ban MASA. Saban tahun, MASA membutuhkan 20.000-24.000 ton karet guna menopang produksi 10 juta-15 juta unit ban per tahun.

Selama ini, MASA harus membeli karet dari pemasok lokal. Masalahnya, pasokan karet dari pemasok tersebut sering tidak stabil dan kualitasnya tidak seragam.

MASA tidak menutup kemungkinan menjual produksi karet dari perkebunan miliknya. "Kami akan lihat perkembangan dulu, kalau ternyata berhasil, tidak menutup kemungkinan untuk menjual kepada pihak lain," jelas Pieter.

Reza Priyambada, Kepala Riset Indosurya Asset Management, mengamini ekspansi MASA ke bisnis kebun karet akan membuat biaya bahan baku jadi lebih efisien. "Pasokan bakal lebih aman," katanya.

Tapi, pendanaan dengan skema rights issue berpotensi menahan pergerakan harga saham MASA. Reza menganalisa, tanpa rights issue harga MASA bisa mencapai Rp 600-Rp 650 per saham. Dengan rights issue, harga MASA bisa tertahan di Rp 580-Rp 590 per saham.

MASA juga mengalokasikan sekitar 44% dana rights issue untuk membeli mesin dan peralatan produksi ban mobil dan motor. Targetnya, produksi ban mobil naik dari 28.000 unit menjadi 35.000 unit per hari, ban motor naik dari 10.000 menjadi 16.000 unit per hari.

Sisa dana rights issue dialokasikan untuk modal kerja. MASA ingin mencetak pertumbuhan pendapatan 50% di 2012. Tahun ini, target pendapatan MASA Rp 2,8 triliun.Kemarin, harga MASA tidak bergerak di Rp 500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can