JAKARTA. Untuk mewaspadai fluktuasi harga komoditas karet, PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) mulai menggarap sektor perkebunan karet. Emiten ban ini mengucurkan investasi senilai Rp 400 miliar untuk mengembangkan perkebunan karet. Sekretaris Perusahaan MASA Even Go mengatakan, melalui anak usahanya, PT Multistrada Agro Internasional (MAI), MASA akan menanami 1.200 hektare (ha) lahan konsesi perkebunan karet yang berada di wilayah Kalimantan. Penanaman ini akan dimulai tahun ini dan tahun depan. Kebun karetnya baru bisa menghasilkan pada lima tahun mendatang. "Saat ini kami baru proses menanam," kata Even kepada KONTAN, Jumat (14/9).
Ia berharap, kebun karet sendiri bisa menambah pasokan bahan baku karet MASA. Menggunakan karet produksi sendiri akan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar karet yang sejak awal tahun ini bergejolak. Kepala Riset Indosurya Securities, Tonny W. Setiadi memaparkan upaya emiten ban untuk memiliki kebun karet sendiri akan mengurangi biaya produksi mereka sehingga marjin operasional alias
operating margin semakin besar. Tahun lalu,
operating margin MASA sebesar 9,25%. "Dengan ekspansi tersebut, ada peluang MASA bisa menaikkan
operating margin menjadi 17%," kata Tonny, Jumat (14/9). Namun, tentunya target itu belum akan dicapai dalam waktu dekat. Karena jalan MASA menuju swasembada karet untuk bahan baku bannya masih panjang. Risiko emiten ban tahun ini Untuk kuartal ketiga ini, Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto memprediksi biaya produksi ban akan lebih tinggi. Sebab, harga karet berpotensi akan naik seiring dengan tren kenaikan harga komoditas yang kembali terjadi belakangan ini. Selain itu, risiko nilai tukar yang kian fluktuatif mengancam emiten ban. Soal ini Even mengatakan, biaya nilai tukar tidak akan signifikan menjadi kendala penambahan biaya. Sebab, MASA mematok nilai tukar yang lebih tinggi seperti tercermin pada laporan keuangan semester satu lalu. "Pada laporan keuangan semester satu, rata-rata nilai tukar yang dipatok MASA adalah Rp 9.500 per dollar AS, maka jika ada apresiasi atau depresiasi nilai tukar mestinya sudah ditutup,” tuturnya.
Tahun ini, MASA menargetkan penjualan ban motor sebesar 3,5 juta, naik dari tahun lalu yang sebesar 3 juta ban. Begitu juga dengan ban mobil, target MASA tahun ini mencapai 7 juta unit, sedangkan penjualan tahun lalu 5,5 juta unit. Kata Even, penjualan unit ban mobil bertambah, seiring dengan ekspor ban mobil ke luar negeri. "Sedangkan untuk ban motor, kami hanya menjual di domestik semester satu lalu," jelasnya. Menurut analisis David, MASA tahun ini kemungkinan meraup pendapatan hingga Rp 4 triliun, naik 42,86% dari Rp 2,8 triliun setahun lalu. Ia merekomendasikan beli MASA pada level harga Rp 380, dengan target harga Rp 440. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: