Masa-masa berat rupiah belum lewat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa-masa berat ekonomi Indonesia belum lewat. Selain pertumbuhan ekonomi yang stagnan akibat kelesuan daya beli, laju pelemahan rupiah berbarengan dengan lonjakan harga minyak bumi menjadi tantangan serius ekonomi dalam negeri.

Kemarin, rupiah akhir menembus level psikologisnya. Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,4% ke posisi Rp 14.003 per dollar Amerika Serikat (AS). Ini jadi posisi terlemah rupiah selama 28 bulan terakhir. Hari ini pun rupiah kembali melemah ke Rp 14.043 per dollar AS.

Saat bersamaan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI), naik 1,2% menjadi US$ 70,56 per barel. Ini adalah posisi tertinggi harga minyak dalam 30 bulan terakhir.


Ihwal pelemahan rupiah, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2018 yang hanya 5,06% menjadi salah satu katalis negatif. Sebelumnya, pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 bisa mencapai 5,2%.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, ekspor yang masih di bawah prediksi membuat pertumbuhan ekonomi tak maksimal. Belum lagi, daya beli masyarakat belum membaik.

Tetapi, memang, tekanan terbesar bagi mata uang Garuda masih berasal dari sisi eksternal. Perbaikan ekonomi AS  telah menguatkan otot  dollar AS terhadap hampir semua mata uang dunia. Kemarin, indeks dollar AS menguat mencapai level 92,81, tertinggi sejak Desember 2017. "Permintaan dollar pun naik dan membuat sebagian besar mata uang dunia ikut melemah," kata dia, Senin (7/5).

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menghitung, jika mengacu pada fundamental ekonomi Indonesia saat ini, level wajar rupiah saat ini adalah 13.600-13.700 per dollar AS. Dia juga mengingatkan, pelemahan rupiah  juga bukan yang terburuk.  Sepanjang tahun ini, rupiah melemah 3,29% terhadap dollar AS, sementara rupee India sudah terkoreksi 5,11%.

Analis Monex Investindo Putu Agus Pransuamitra berharap, Bank Indonesia (BI) terus menjaga rupiah lewat intervensi pasar. Apalagi posisi cadangan devisa masih mencapai US$ 126 miliar. Namun, menaikkan suku bunga acuan lebih efektif meredam pelemahan rupiah. "Tentu jika semua instrumen gagal menguatkan rupiah," ujar Putu.

BI juga harus melakukannya pada timing yang tepat agar tidak terlambat seperti Bank Sentral Argentina yang mengerek suku bunga tiga kali sepekan terakhir. Prediksi Putu, akhir Mei, rupiah bisa menyentuh 14.120 per dollar AS.

David melihat, BI tidak akan terburu-buru menaikkan bunga acuan. Proyeksi dia, BI mengerek bunga acuan pada semester II-2018, setelah  ada kepastian tentang kenaikan suku bunga AS, Juni 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati