KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Tahun 2022 merupakan masa suram bagi perusahaan-perusahaan teknologi global. Kinerja keuangan di sektor ini tertekan sehingga memaksa sebagian besar perusahaan memangkas jumlah karyawannya. Tiga raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) yakni Apple Inc, Amazon.com Inc, dan Alphabet Inc melaporkan perlambatan kinerja pada kuartal IV 2022. Tekanan ekonomi telah menurunkan permintaan dari industri elektronik, e-commerce, komputasi awan, dan perikalanan digital, yang merupakan pasar andalan perusahaan teknologi global. Penjualan Apple turun terpukul oleh perlambatan pembelian iPhone dan Macbook. Pendapatan Amazon terpangkas karena permintaan konsumen untuk produk yang dijual secara online melemah dan pertumbuhan bisnis cloud computing melambat. Sedangkan pendapatan Alphabet tertekan lantaran klien Google menurunkan belanja iklan.
Harmeet Singh Walia, analis Senior Counterpoint Research mengatakan, sentimen konsumen melemah pada tahun 2022 akibat perang Ukraina, adanya tekanan inflasi, ketidakpastian ekonomi dan angin sakal pada ekonomi makro. "Kondisi ini membuat pengguna smartphone mengurangi frekuensi pembelian," tulis Harmeet dalam risetnya seperti dilansir
Bloomberg, Jumat (3/2). Sementara Mandeep Singh, Kepala Teknologi di Bloomberg Intelligence, melihat bahwa perlambatan ekonomi mempengaruhi permintaan bisnis untuk iklan dan komputasi awan. Menurutnya, dampak perlambatan ekonomi paling signifikan dirasakan Alphabet karena perusahaan ini meminta pengiklan mundur. Penjualan Apple secara keseluruhan pada kuartal IV 2022 hanya mencapai US$ 117,1 miliar, merosot 5% secara year on year (yoy). Ini adalah penurunan pertama yang dialami perusahaan sejak 2019. Capaian ini meleset dari perkiraan analisis yang sebelumnya meramal Apple akan meraup penjualan US$ 121,1 miliar dengan laba per saham US$ 1,94. Tim Cook, CEO Apple menuturkan ada tiga faktor yang memengaruhi kinerja perusahaan, yaitu penguatan dolar AS, masalah produksi di Cina yang berdampak terhadap unit iPhone 14 dan iPhone 14 Pro Max, serta lingkungan ekonomi makro secara keseluruhan. Cook mengatakan Lockdown di China menciptakan tantangan ganda di mana penawaran dan permintaan dibatasi, dengan penjualan China yang lebih besar turun 7% menjadi US$23,9 miliar. Menurutnya, pelonggaran aturan Covid di China yang dimulai pada Desember 2022, akan meningkatkan prospek penjualan ke depan. China merupakan salah satu pasar terbesar Apple. Sementara Amazon mencatatkan penjualan sebesar US$ 149,2 miliar pada kuartal IV 2022. Capaian ini masih tumbuh 9% YoY namun merupakan pertumbuhan paling lambat dalam 25 tahun terakhir. CEO Amazon Andy Jassy memusatkan perhatian pada upaya perusahaan untuk memangkas biaya, membalikkan peningkatan besar-besaran dalam perekrutan dan pengeluaran yang didorong oleh ledakan perdagangan online yang menyertai pandemi.“Prioritas utama kami saat ini adalah mengurangi biaya untuk melayani di jaringan operasi kami,”ujarnya. Laba Amazon pada kuartal IV turun menjadi US$ 300 juta. Sementara sepanjang 2022, penjualan perusahaan ini naik 9% yoy menjadi US$ 514 miliar. Adapun kerugian yang ditanggung mencapai US$ 2,7 miliar, turun dari Rp 33,4 miliar tahun sebelumnya.
Penurunan rugi tersebut didorong oleh upaya Amazon penghematan yang dilakukan lewat pemangkasan karyawan. Alphabet mencatatkan pendapatan naik 1% menjadi US$76,05 miliar, lebih rendah dari proyeksi analis sebelumnya yakni US$ 76,53 miliar. Pendapatan dari iklan Google turun 3,6% menjadi US$ 59,04 miliar. Laba bersihnya turun menjadi US$ 13,62 miliar, dari US$ 20,64 miliar pada kuartal IV tahun 2021. CEO Alphabet Sundar Pichai sangat mengandalkan kecerdasan buatan sebagai cara untuk menyempurnakan hasil penelusuran dan produk lainnya. Mulai tahun ini, DeepMind, sebuah divisi yang berfokus pada penelitian AI, akan dimasukkan dalam biaya perusahaan Alphabet. Sementara Direktur Keuangan Alphabet Ruth Porat mengungkapkan perusahaan akan secara signifikan memperlambat laju perekrutan tahun ini. Adapun Microsoft mencatatkan pendapatan US$ 52,7 miliar pada kuartal yang berakhir pada Desember 2022, itu naik 2% secara yoy. Tetapi laba bersihnya turun 12% menjadi US$ 16,4 miliar. Tren ini kemungkinan akan berlanjut tahun ini.
Editor: Dina Hutauruk