Banten tak hanya punya sate bandeng. Provinsi di Barat Pulau Jawa ini memiliki beragam kuliner khas. Sebut saja, ayam bekakak, pepes belut, dan nasi samin, nasi kebuli khas daerah itu. Dan, tawaran menyantap aneka makanan khas Banten salah satunya datang dari Rumah Makan Langganan Anda yang terletak di Serang. Kedai yang sudah eksis sejak tahun 1974 silam itu beralamat di Jalan K.H. TB. Khotib Nomor 86 Kedalingan. Posisi persisnya di belakang kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Serang. Sebagai penanda, Anda akan menemukan plang dengan kelir merah bertuliskan Rumah Makan Langganan Anda. Kedai milik Juhariah ini menggunakan bagian depan rumah. Interiornya sangat sederhana namun nyaman untuk tempat bersantap. Aneka makanan dipajang di etalase kaca sehingga pengunjung bisa memilih langsung sasaran.
Walau kedainya sederhana, sate bandeng di sini sudah kondang. Tak heran, keluarga Megawati Soekarnoputri hingga Bupati Serang Taufik Nuriman menjadi pelanggan kedai yang buka mulai jam sembilan pagi hingga tujuh malam tersebut. Waktunya makan. Tampilan sate bandeng racikan Juhariah ini cukup unik. Sekilas, seperti seekor ikan utuh yang dijepit bambu dan dilumuri bumbu berwarna putih. Bagian luarnya kecokelatan serta sedikit hitam bekas terpanggang. Setelah sendok membelah bagian tubuh bandeng, barulah Anda sadar bahwa perut ikan sudah diisi dengan adonan berupa daging bandeng cincang yang telah diberi bumbu. Teksturnya empuk, mirip dengan perkedel kentang. Rasa sate bandeng ala kedai ini punya tone gurih dan manis yang menonjol. Saat dilahap bersama nasi panas, aroma santan nan wangi ke luar dari dalam cincangan daging bandeng. Bau lumpur dan amis yang biasanya melekat pada bandeng pun hilang. Jadi, jangan ragu-ragu, lo, menyantap bandeng dalam potongan besar karena benar-benar bebas duri. Jika memesan sate bandeng, Anda akan dibekali sayur asem, sambal ulek, dan sekeranjang kecil lalap. Nah, kombinasi rasa bandeng yang cenderung manis ternyata sangat cocok dikudap dengan sayur asem bikinan Juhariah. Meskipun kuahnya agak bening, rasanya segar dan bikin nagih. Colek sedikit sambal ulek untuk menambah rasa pedas. Nah, jangan lewatkan kuliner khas Banten lain, seperti pepes belut dan ayam bekakak. Keduanya punya tampang mirip lantaran memakai bumbu yang sama: bumbu merah. Pepes buatan Juhariah pun unik karena dimasak dengan cara dipanggang, bukan dikukus. Rasa ayam bekakaknya juga oke punya. Bumbu yang dioles dengan tebal di sekujur daging ayam meresap hingga ke tulang. Tekstur dagingnya pun kering lantaran dipanggang menggunakan bara arang. Begitu Anda jajal, jejak-jejak rempah, seperti ketumbar, bawang, dan cabai merah, terasa menyengat di lidah. Tapi, setelah dikunyah lagi, ayam bekakak juga memiliki rasa manis. Daging ayam yang biasanya hanya disajikan pada acara adat ini juga empuk karena diungkep cukup lama. Sensasi rasa yang serupa pun hadir dalam pepes belut. Makanan ini istimewa bukan hanya lantaran daging belut sudah diolah hingga lembut, tapi karena juga ada imbuhan aroma daun pisang yang terpanggang. Tanpa terigu Alhasil, Rizky, pelanggan kedai ini, rutin berkunjung. Alasannya, bukan cuma rasa masakannya yang jempolan. Rumah Makan Langganan Anda merupakan satu dari sedikit kedai yang masih menyajikan masakan khas Banten. Pemilik sebuah universitas swasta di Serang ini bahkan sudah menjadi pelanggan ketika masih duduk bangku SD. “Paling enak di tempat ini, menurut saya, adalah ayam bekakak dan dendeng kerbaunya,” kata Rizky. Masakan Banten rupanya sudah diakrabi Juju, panggilan Juhariah, sejak gadis. Dulu, ia rajin membantu acara kenduri di kampung-kampung untuk mencuri ilmu dari para jago masak Banten tempo doeloe. Setelah merasa cukup mahir, barulah dia membuka kedai. Menurut Juju, resep sate bandeng miliknya tidak ada yang istimewa. Bumbunya pun sama seperti resep umum memasak sate bandeng, seperti buih santan, gula, ketumbar, dan sedikit garam. Untuk seporsi sate bandeng, ia memakai dua ekor ikan. Bandeng dipilih langsung olehnya. Warga asli Serang ini hanya menggunakan bandeng asli Banten dan Cirebon yang tidak berbau lumpur. Dengan keahliannya, Juju memijat bandeng yang sudah dibersihkan untuk mengeluarkan duri melalui mulut ikan. Daging bandeng pun diurut hingga terlepas dari kulit dan ditarik lewat insang. Daging ini kemudian diayak memakai saringan tembaga. Daging bandeng lembut hasil ayakan lalu dicampur dengan bumbu dan diaduk hingga mengental. Tapi, Juju tidak mencampurkan adonan dengan terigu atau telur ayam seperti yang banyak dilakukan penjual sate bandeng di Serang. “Harus murni daging ikan agar gurihnya alami dan tidak bau amis,” ujarnya. Bagian tersulit dari membuat sate bandeng, kata Juju, sebenarnya saat memasukkan adonan kembali melalui mulut ikan untuk kemudian dipanggang di atas bara. Sebab, jika tidak ahli, bentuknya tidak utuh seperti sebelum daging dikeluarkan. Setelah adonan di dalam perut mengeras, Juju lalu mengangkat ikan untuk dikukus.
Khusus pepes belut, Juju hanya menggunakan belut sawah yang berdaging tebal dan bisa hidup lebih lama. Maklum, untuk mendapatkan belut sawah cukup susah. Makanya, Juju pun biasanya menumpuk stok belut cukup banyak. Untuk menikmati seporsi sate bandeng, Anda perlu mengeluarkan uang Rp 30.000. Sedang untuk ayam bekakak dan pepes belut, cukup Anda tebus dengan duit Rp 15.000. Seporsi nasi dihargai Rp 5.000. Mau tergigit sedapnya kuliner Banten? Yuk, ke Rumah Makan Langganan Anda. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can