Masih ada 20 ton timah per bulan yang dijual ke pasar spot



JAKARTA. Meski sebagian besar pelaku industri timah di Indonesia sepakat untuk memperpanjang masa penghentian ekspor timah ke pasar spot, hingga akhir tahun ini, namun nyatanya masih ada sebagian kecil pengusaha yang masih melakukan aksi jual ke pasar spot. Direktur Eksekutif Asosiasi Timah Indonesia (ATI), Rudi Irawan, mengatakan, pihaknya tidak dapat berbuat lebih jauh atau mengintervensi perusahaan yang masih melakukan ekspor timah. "Pihak yang masih ekspor volumenya kecil, hanya sekitar 10-20 ton per bulan," kata Rudi kepada KONTAN (9/11).Rudi memastikan, masih adanya pihak yang melakukan ekspor timah tersebut bukan berasal dari anggota ATI. Oleh sebab itu, pihaknya tidak berwenang untuk merekomendasikan dan mengintervensi penghentian ekspor.Karenanya, hingga akhir bulan November ini ATI akan melakukan registrasi kepada Kementerian Dalam Negeri agar ATI diakui secara sah secara kelembagaan negara, sehingga memiliki kewenangan untuk mengeluarkan kebijakan terkait permasalahan timah.Kendati ekspor timah masih berjalan, namun produksi masih tetap jalan. Jika dibandingkan dengan kondisi normal, produksi untuk saat ini memang jauh lebih rendah. Selain karena faktor penghentian ekspor, penurunan produksi juga karena musim penghujan yang mulai mengguyur di Bangka Belitung. Penurunan produksi timah untuk setiap perusahaan mencapai 50%.Abrun Abubakar, Sekretaris Perusahaan PT Timah, mengatakan, jika sampai saat ini PT Timah masih tetap melakukan produksi secara normal. "Kita masih mengejar target produksi, namun penjualan menurun," kata Abrun kepada KONTAN (10/11).Sebagai catatan, volume produksi timah nasional pada September mencapai 5.233,06 ton, dengan nilai mencapai US$ 115,6 juta. Sementara volume ekspor Oktober sebesar 5.441,58 ton dengan nilai US$ 108.9 juta.Pemerintah mendukungSetelah penggantian nama asosiasi, langkah yang akan ditempuh oleh ATI bersama Pemerintah Provinsi Bangka Belitung dengan merealisasikan pendirian Bangka Belitung Tin Market (Babel Tin Market) tampaknya akan berjalan mulus. Senin kemarin, ATI telah membahas dengan Menteri Perdagangan dan mendapatkan lampu hijau mengenai keputusan yang telah dibuat ATI. "Pemerintah mendukung penuh moratorium ini," kata Rudi.Harapannya Indonesia sebagai produsen timah terbesar di dunia tidak tergantung dengan London dan Singapura untuk penentuan harga. "Adanya BTI, kita bisa menentukan harga sendiri," kata Abrun.Meski tidak memiliki kewenangan terhadap keputusan ATI, namun Kementerian Perdagangan akan memfasilitasi pihak ATI hingga memperoleh kondisi perdagangan timah yang komprehensif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini