JAKARTA. Asosiasi Timah Indonesia (ATI) meminta PT Timah Tbk (TINS) untuk menghentikan ekspor guna mengangkat harga timah di pasar global. Sekretaris Jenderal ATI, Johan Murod, mengatakan, sebanyak 26 produsen timah telah setuju untuk menahan ekspor sampai akhir tahun pada pertemuan kemarin (23/11). Sementara PT Timah dan PT Koba Tin tidak hadir dalam pertemuan kemarin. Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk (TINS), Abrun Abubakar, mengatakan, perusahaan akan membahas permintaan dari ATI secara internal dan dengan konsumen. Saat ini dengan ekspor dari kontrak PT Timah dan PT Koba Tin serta beberapa penjualan dari smelter lainnya, ekspor timah PT Koba Tin dan PT Timah sekitar 4.000-5.000 ton per bulan untuk November dan Desember. Angka ini menurun dari rata-rata ekpsor per bulan dari Januari hingga September yang sebanyak 8.136 ton. Johan bilang, sebab, jika PT Timah tetap melakukan ekspor, meski hanya ekspor timah dengan pembeli yang sudah kontrak, itu tidak akan efektif mengangkat harga.Hampir 30 smelter di Indonesia, yang merepresentasikan sekitar 40% ekspor timah global, setuju untuk memperpanjang ekspor perdagangan langsung (on the spot). Langkah ini untuk mengangkat harga timah ke level US$ 25.000 per metrik ton. Perpanjangan ekspor timah ini telah dimulai pada 1 Oktober 2011. Gubernur Bangka Belitung, Eko Maulana Ali, pernah mengatakan, Timah diperbolehkan melakukan ekspor untuk perjanjian kontrak sambil menghentikan penjualan langsung.Penghentian ekspor sementara ini harus dilakukan sebab, sepanjang tahun ini, harga timah telah anjlok 24%. Ini akibat sentimen krisis global yang dikhawatirkan akan mengurangi permintaan timah global.
Masih ada aktivitas ekspor 5.000 ton timah per bulan
JAKARTA. Asosiasi Timah Indonesia (ATI) meminta PT Timah Tbk (TINS) untuk menghentikan ekspor guna mengangkat harga timah di pasar global. Sekretaris Jenderal ATI, Johan Murod, mengatakan, sebanyak 26 produsen timah telah setuju untuk menahan ekspor sampai akhir tahun pada pertemuan kemarin (23/11). Sementara PT Timah dan PT Koba Tin tidak hadir dalam pertemuan kemarin. Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk (TINS), Abrun Abubakar, mengatakan, perusahaan akan membahas permintaan dari ATI secara internal dan dengan konsumen. Saat ini dengan ekspor dari kontrak PT Timah dan PT Koba Tin serta beberapa penjualan dari smelter lainnya, ekspor timah PT Koba Tin dan PT Timah sekitar 4.000-5.000 ton per bulan untuk November dan Desember. Angka ini menurun dari rata-rata ekpsor per bulan dari Januari hingga September yang sebanyak 8.136 ton. Johan bilang, sebab, jika PT Timah tetap melakukan ekspor, meski hanya ekspor timah dengan pembeli yang sudah kontrak, itu tidak akan efektif mengangkat harga.Hampir 30 smelter di Indonesia, yang merepresentasikan sekitar 40% ekspor timah global, setuju untuk memperpanjang ekspor perdagangan langsung (on the spot). Langkah ini untuk mengangkat harga timah ke level US$ 25.000 per metrik ton. Perpanjangan ekspor timah ini telah dimulai pada 1 Oktober 2011. Gubernur Bangka Belitung, Eko Maulana Ali, pernah mengatakan, Timah diperbolehkan melakukan ekspor untuk perjanjian kontrak sambil menghentikan penjualan langsung.Penghentian ekspor sementara ini harus dilakukan sebab, sepanjang tahun ini, harga timah telah anjlok 24%. Ini akibat sentimen krisis global yang dikhawatirkan akan mengurangi permintaan timah global.