Masih ada bab yang belum disepakati, perundingan RCEP molor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Target penyelesaian kerjasama ekonomi komprehensif regional (RCEP) mundur.

"RCEP tidak mencapai target mandat Kepala Negara anggota RCEP pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama di Filipina tahun lalu dan Paket Akhir Tahun yang sudah disepakati sebelumnya," ujar Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita dalam siaran pers, Rabu (14/11).

Enggar mengungkapkan perundingan RCEP mengalami peningkatan yang signifikan. Namun, beberapa bab masih mengalami hambatan untuk dapat diselesaikan.


Kini sudah ada tujuh bab yang selesai dibahas dalam RCEP. Lima bab diantaranya diselesaikan setelah pertemuan KTT RCEP tahun 2017.

Tujuh Bab yang telah disepakati, yaitu Kerjasama Ekonomi dan Teknis (ECOTECH), Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Prosedur Kepabeanan dan Fasilitasi Perdagangan (CPTF), Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Government Procurement), Institutional Provision, Sanitary dan Phitosanitary (SPS), Standard, Regulasi Teknis dan Prosedur untuk Penilaian Kesesuaian (STRACAP), dan penyelesaian sengketa.

Terdapat satu bab yang masih menjadi masalah yaitu mengenai kompetisi. Pembahasan bab tersebut mengalami hambatan dari Jepang.

"Seharusnya pada tahap sekarang ini, para menteri menawarkan solusi serta bersedia merekalibrasi ambisinya untuk kepentingan bersama," terang Enggar.

RCEP merupakan perjanjian dagang yang mencakup negara anggota Asean ditambah enam negara lain yaitu China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Selama ini China dan India yang selalu mempertahankan psosisinya justru dalam memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi. Namun, Jepang sejak pertemuan menteri RCEP pada bulan Agustus lalu cenderung memaksakan kepentingannya.

Perundingan RCEP dinilai melibatkan banyak kepentingan politis. Namun, Enggar optimistis perjanjian tersebut dapat diselesaikan tahun 2019.

RCEP memiliki manfaat bagi peningkatan rantai pasok di kawasan. Asal tahu saja potensi RCEP mencakup lebih dari 48% penduduk dunia, 38% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, dan lebih dari 25% ekspor dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi