Masih Ada Harapan Rebound untuk Batubara



JAKARTA. Era booming komoditas boleh jadi sudah lewat seiring dengan luruhnya harga minyak dunia dalam dua bulan terakhir. Tak terkecuali dengan komoditas batubara. Harga batubara di Newcastle Index sudah melandai di level US$ 100,83 per ton. Padahal, Juni silam, harga batubara pernah melambung hingga kisaran US$ 160 per ton.

Riset UBS Securities akhir Oktober lalu menegaskan, era bulan madu batubara memang sudah berakhir. Resesi global yang menyusutkan permintaan batubara dunia akan memperpanjang pelemahan harga komoditas yang satu ini. Namun, peluang kenaikan harga batubara masih terbuka dalam jangka waktu 12 bulan hingga 18 bulan ke depan.

Asumsinya, ketatnya likuditas dan penurunan pendapatan akan menyusutkan investasi di sektor tambang. Produksi batubara pun diprediksi ikut turun. Artinya, "Supply dan demand sama-sama melambat," jelas Andreas Bokkenheuser, analis UBS Securities.


Namun, tingkat demand batubara akan lebih cepat rebound seiring berputarnya pertumbuhan ekonomi yang akan menyulutkan lagi kebutuhan energi. Saat itulah harga batubara bakal bangkit lagi. UBS meramal, harga batubara tahun 2009 dan 2010 nanti masing-masing akan bertahan di level US$ 125 per ton dan US$ 130 per ton.

Analis BNI Securities Muhammad Alfatih berpendapat senada. Ia bilang, saat ini adalah waktu yang tepat bagi investor untuk mengkoleksi saham batubara lagi. Alasannya, harga saham batubara sudah terbilang murah sedangkan kemungkinan banderolnya naik lagi terbuka lebar. "Karena sekarang kan sudah cukup dalam turunnya, tahun 2009 saya prediksi bisa naik 25% sampai 30%," ungkapnya.

Beberapa emiten batubara yang melantai di bursa di antaranya adalah PT Bukit Asam Batubara Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Indo Tambang Tbk (ITMG), juga PT Bumi Resources Tbk (BUMI). "Untuk jangka panjang, masih menjanjikan," pungkas analis Dongsuh Kolibindo Ryan Ariadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie