Masih ada harapan untuk komoditas



JAKARTA. Dua komoditas industri, tembaga dan alumunium, tersengat sentimen negatif. Harga tembaga di London Metal Exchange (LME) terjerembab hingga level terendahnya selama sebulan terakhir.

Kontrak pengiriman tembaga untuk tiga bulan mendatang, melemah 1,7% menjadi US$ 8.221 per ton, sebelum akhirnya naik lagi ke posisi US$ 8.318,50 pukul 10:13 waktu Shanghai, Selasa (10/4).

Sedang harga rata-rata aluminium untuk pengiriman tiga bulan, turun 12% year on year menjadi US$ 2.219 per ton. Di LME, harga alumunium kemarin tertahan di US$ 2.117 per ton. Menguat tipis 0,4% dibandingkan hari sebelumnya.


Pamor komoditas tertekan spekulasi melemahnya permintaan dari dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China. Kenaikan inflasi China dan pertumbuhan tenaga kerja AS bulan lalu yang kurang memuaskan, menyuramkan prospek komoditas logam industri.

Aluminium juga tertekan sisi oleh pasokan yang meningkat hingga 18%, menurut International Aluminium Association (IAA). Harga aluminium sudah anjlok 22% setahun terakhir. Produksi aluminium China naik 3,07 juta ton selama Januari-Februari 2012. China berniat menambah produksi sebesar 2,9 juta ton tahun ini.

Paruh kedua lebih cerah

Andrew Cosgrove, Analis Bloomberg Industries, mengungkapkan, penggunaan aluminium global akan mencapai 43,9 juta ton, tahun 2012. Hitungan itu berdasar asumsi, konsumsi China mencapai 17,6 juta ton. "Pasokan alumunium selama tahun ini menjadi 46 juta ton dan menghasilkan surplus 2,1 juta ton," kata Andrew, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/4).

Namun, ada harapan harga aluminium akan mengikuti tren penguatan harga komoditas di akhir tahun nanti. Lloyd O\'Carroll, Analis Davenport&Co., menilai, harga aluminium bisa naik di kuartal IV-2012, terungkit peningkatan permintaan dari produsen mobil dan pesawat di AS. Januari lalu, permintaan aluminium di AS dan Kanada naik 6%, berdasarkan data IAA.

Ibrahim, Analis Harvest International Futures, menilai, pelemahan harga dua komoditas logam industri di awal pekan ini masih wajar. Outlook ekonomi China dan AS muram sangat memengaruhi arah harga komoditas. Prediksi Ibrahim, pekan depan, harga tembaga dan aluminium akan lebih cerah.

Penyebabnya, harga komoditas akan terungkit sentimen positif dari Jepang. Negeri Matahari Terbit itu diperkirakan meluncurkan program perangsang ekonomi baru yang bisa mengerek harga komoditas industri.

Selain itu, harga minyak mentah juga bisa kembali melesat di pekan mendatang. Terutama, jika pembicaraan Iran dengan lawan-lawan politiknya tidak berbuah positif bagi pasar. Kenaikan harga minyak bisa menjadi katalis harga komoditas lain.

Dari AS, Ibrahim menilai, kemungkinan The Fed melanjutkan program quantitative easing masih cukup besar. Jika terealisasi, the greenback akan melemah dan aset berisiko seperti komoditas cenderung terangkat naik.

Namun, prospek kenaikan harga tembaga lebih besar ketimbang aluminium. Pasalnya, volume transaksi tembaga di pasar derivatif jauh lebih besar. Hingga akhir bulan ini, Ibrahim memprediksi, harga tembaga berkisar US$ 8.350 hingga US$ 8.430. Sedang aluminium berada di rentang US$ 2.070-US$ 2.095.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini