KONTAN.CO.ID - Jakarta. Kuliner asal Jepang sudah akrab di lidah masyarakat Indonesia sejak lama. Bahkan beberapa jenis makanan Jepang punya banyak penggemar di Indonesia. Sebut saja bento, sushi, ramen, dan udon. Kita sering menjumpai menu-menu tersebut sebagai menu dominan di berbagai restoran Jepang. Bento merupakan salah satu jenis makanan Jepang favorit di Tanah Air. Beragam lauk yang ditawarkan juga sesuai dengan selera Indonesia. Tak heran bisnis bento terus bermunculan setiap tahunnya. Baik yang ditawarkan sebagai salah satu menu di kedai maupun restoran Jepang atau ditawarkan terpisah dalam bentuk katering. Jumlah pelaku usaha yang terjun ke bisnis bento makin banyak, tentu membuat persaingan kian ketat. Review Waralaba KONTAN pekan ini akan mengulas kemitraan bento yang sebelumnya sudah pernah diulas.
Simak ulasan perkembangan terkini kemitraan bento dari My Bento, Ikki Bento, dan Katana Bento. My Bento Usaha kuliner racikan Dede Sulaiman rupanya masih bertahan di tengah-tengah ketatnya persaingan. Sepanjang tahun 2018, dia membuka tiga gerai baru milik mitra. "Pengajuan kerjasama dari mitra ada banyak namun lokasinya di luar jangkauan sehingga sulit ditangani," jelas Dede pada KONTAN. Lokasi yang di luar jangkauan itu, misalnya, berada di kota-kota Luar Jawa. Letaknya pun jauh dari akses bandara. Dengan tambahan tiga gerai baru ini, total gerai My Bento yang kini beroperasi ada sekitar 83 unit gerai. Dari total gerai itu, 15 unit gerai milik pusat dan 68 unit lainnya milik mitra yang tersebar di Jawa dan luar Pulau Jawa. Sebelumnya, saat diulas KONTAN tahun 2016, jumlah gerai yang beroperasi ada 65 unit. Sekadar info, usaha ini resmi dibuka pada tahun 2006 lalu di Pondok Gede, Jakarta Timur. Dan pada tahun 2009 peluang kemitraan pun baru dibuka. Tahun ini, Dede melakukan inovasi produk dengan mengolah daging ikan menjadi satu menu barunya. Tidak hanya itu, dia juga membuat dua varian saus baru, yaitu spicy dan cheese untuk membuat seluruh menunya menjadi lebih menarik. Menyasar konsumen kalangan menengah harga produknya pun masih dipatok sama dari tahun sebelumnya yaitu Rp 12.000 sampai Rp 25.000 per porsi. Lain cerita dengan paket kemitraan. Sejak awal tahun ini dia menaikkan nilai investasi kerjasama menjadi 46 juta sampai Rp 375 juta. Alasannya, semua gerai mitra bakal dilengkapi dengan fasilitas transaksi digital agar dapat melayani pembelian online dan kerjasama dengan dompet digital. Dede mengaku, persaingan di sektor usaha ini semakin terasa ketat. Selain makin menjamurnya brand-brand baru, para pemain lama mulai membuat berbagai macam promosi seperti potongan harga dan lainnya. Agar dapat bertahan, dia bersama manajemen menaikkan anggaran promosi. Tujuannya, agar bisa memberikan diskon lebih banyak kepada konsumen. Katana Bento Demi menangkap peluang usaha dari kuliner asal Negeri Sakura ini, Arief Boediarto pun merajut bisnis menu bento tahun 2013. Ia mengawali bisnis bento ini di kantin salah satu sekolah menengah di Bogor, Jawa Barat. Tahun 2016, Arief memberi nama Katana Bento. Setelah membuka tiga gerai sendiri, tahun 2017, Arief menawarkan kemitraan Katana Bento. Kini, Arief sudah membuka sembilan gerai mitra. Gerai-gerai tersebut tersebar di Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Pekanbaru, dan Surabaya. Ada dua paket investasi yang ditawarkan. Yakni, paket
booth senilai Rp 27,5 juta dan paket mini resto senilai Rp 156 juta. Dengan modal tersebut, mitra mendapat ragam fasilitas. Kerjasama itu akan berlangsung 5 tahun dan bisa diperpanjang 5 tahun lagi dengan biaya Rp 5 juta. Targetnya, sepanjang tahun ini dan tahun depan, Arief akan membuka 10 gerai booth baru dan dua mini resto. Dalam kemitraan Katana Bento ini, Arief memperkirakan modal mitra dapat kembali dua hingga tiga tahun. Asalkan, bisa memenuhi pendapatan harian Rp 1 juta. Sehingga dalam setahun keuntungannya sekitar Rp 89 juta. Untuk menu-menu Katana Bento seperti menu Tokyo, Kyoto, Osaka, Yokohama dibanderol mulai dari harga Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per paket. Hingga sekarang, Arief juga masih terus melakukan riset untuk mengembangkan menu Katana Bento. Ikki Bento Pelaku usaha bento lainnya adalah Abri Mada dari Bekasi, Jawa Barat. Dia telah membuka Ikki Bento, sejak 2005. Sementara, penawaran kemitraan Ikki Bento baru dimulai pada tahun 2010 lalu. Menurut Abri, perkembangan bisnisnya saat ini masih stagnan. Ia tidak memiliki gerai sendiri, hanya fokus pada mitra waralabanya saja. Namun, hal yang memang sangat dirasakan oleh Abri adalah turunnya daya beli masyarakat di tahun 2018. Selain itu, harga bahan baku pembuatan bento juga mengalami kenaikan. Sepanjang tahun 2018 ini tak ada penambahan gerai baru. Tahun 2017, Ikki Bento sudah mempunyai lima unit gerai. Semuanya merupakan milik mitra. Menurut penilaian Abri, gerai mitranya yang paling stabil berada di Kudus, Jawa Tengah. Perolehan omzet yang dihasilkan pun dinilai bagus. "Hal ini karena mitra yang terjun langsung dalam bisnisnya, tidak mengandalkan anak buah," kata Abri pada KONTAN. Abri juga mengatakan, bahwa kini sekarang ia lebih selektif dalam memilih mitra. Ia akan memilih mitra yang memiliki lokasi yang strategis untuk berjualan. Selain itu, dia juga mengutamakan mitra yang punya kemauan berbisnis yang kuat. Dalam sistem kerjasama dengan mitra, bahan baku bento dan sumber daya manusia (manajemennya), menu, koki, alur penjualan, dan sisi market, berasal dari Abri. Ia akan melakukan pendampingan kepada mitranya. Perhitungan balik modal mitra dalam waktu sekitar setahun. Perkiraan ini berlaku jika gerai mitra bisa memperoleh omzet Rp 4 juta-Rp 5 juta sehari. Jika perolehan omzet di bawah kisaran itu, kemungkinan balik modal bisa dicapai dalam waktu tiga hingga empat tahun. Harga tiap menu bento tiap mitra berbeda-beda, tergantung daya beli konsumen dan lokasi. Namun, rata-rata harga menunya berkisar Rp 20.000-Rp 35.000. Paket investasi yang ditawar Ikki Bento masih sama. Yakni, paket senilai Rp 75 juta dengan konsep resto. Selain mengubah sistem kemitraan, Abri juga menambah varian menu Ikki Bento. Yang tadinya hanya menjual bento, kini Ikki Bento juga menjual menu khas Jepang lain, seperti ramen, sushi dan udon. Aneka menu tersebut dibanderol mulai Rp 15.000-Rp 45.000 per porsi. "Rata-rata tiap mitra bisa mengantongi omzet hingga Rp 1 juta sampai Rp 6 juta sehari, tergantung tempat mereka berjualan," kata Abri. Menurut Abri, dalam menjalin kemitraan, kendala yang dihadapi ada pada sumber daya manusianya. Kadang mitra yang berjualan juga punya pekerjaan selain dari bisnis bento sendiri. Untuk rencana pada tahun 2019, Abri ingin membuat restoran
japanese food selain yang sudah ada di tahun 2018. Namun, dia belum menyebutkan konsep seperti apa yang ditawarkan japanese food tersebut. Inovasi dan lokasi, kunci bisnis langgeng Konsultan usaha dan Pengamat Waralaba, Djoko Kurniawan menilai kuliner bento masih diminati oleh pasar. Hal ini terlihat dari menu bento yang tetap disukai konsumen. Ada pula beberapa merek besar di sektor ini yang masih terus berkembang sampai saat ini. Namun, kuliner bento banyak didominasi oleh pelaku usaha besar, sehingga membuat pelaku usaha kecil menjadi tenggelam. Pasalnya, pelaku usaha bento kecil hanya mampu meniru dan kurang bisa berkreasi sehingga memiliki ciri khas produk.
Djoko menjelaskan agar bisa tetap bertahan dan eksis, pihak pusat wajib melakukan inovasi di semua hal, mulai dari inovasi produk sampai marketing dan pelayanan. "Inovasi itu modal wajib kalau mau bisnisnya langgeng. Kalau produk itu sudah pasti, minimal keluar menu baru. Lalu konsep resto atau kedainya harus dibuat nyaman dan menarik agar konsumen datang lagi," tuturnya. Penentuan lokasi juga menjadi salah satu kunci sukses sebuah usaha. Mencari lokasi yang pas dan strategis dengan harga terjangkau kini sering menjadi kendala bagi pelaku usaha, khususnya di bidang kuliner. Djoko mengatakan, pelaku usaha harus paham betul segmentasi pasar yang dituju. "Pemilihan lokasi juga harus dilakukan dengan cara yang benar, dengan kalkulasi yang jelas. Tidak sekadar memakai feeling tapi dengan data. Maka, dengan demikian pemilihan lokasi akan jadi benar," jelas Djoko. Ia pun menambahkan, jika memilih lokasi disesuaikan dengan target konsumen, bukan hanya asal strategis dan harganya terjangkau. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.