Masih Ada Tekanan Eksternal, Rupiah Diramal Lanjut Melemah Terbatas pada Selasa (9/1)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diperkirakan masih bergerak melemah terbatas, Selasa (9/1). Hari ini, rupiah ditutup melemah tipis 0,06% ke Rp 15.526 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi sebelumnya di Rp 15.516 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pasca rilis data ketenagakerjaan AS pada Jumat pekan lalu, rupiah cenderung diperdagangkan sideways sepanjang hari. 

"Perdagangan sideways rupiah cenderung disebabkan oleh investor yang menunggu inflasi AS yang akan rilis Kamis mendatang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (8/1).


Research and Development Handal Semesta Berjangka Alwy Assegaf menambahkan, data ketenagakerjaan AS yang positif juga berimbas pada kenaikan yield obligasi AS. Sehingga ada kekhawatiran adanya inflow ke AS dan membuat mata uang di emerging market melemah.

Baca Juga: Rupiah Spot Loyo 5 Hari Beruntun ke Rp 15.526 Per Dolar AS, Senin (8/1)

Untuk besok, Alwy memperkirakan tekanan terhadap rupiah masih tetap ada.  Pasar masih cenderung wait and see atas data inflasi AS yang diperkirakan secara tahunan naik ke 3,2% dari 3,1%.

"Ini tentunya akan membuat kekhawatiran di pasar bahwa suku bunga AS masih tetap tinggi," katanya.

Selain itu FOMC Meeting sebelumnya juga kebijakan restricted masih akan diperlukan sementara waktu.

"Jadi, jika ada data yang mengindikasikan inflasi AS masih kuat, maka ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed berkurang dan membuat dolar serta yield AS naik," paparnya.

Dari dalam negeri, besok akan ada data consumer confident. Ia memperkirakan angkanya naik ke 124 dari sebelumnya di 123,6. Menurutnya, data tersebut dapat menjadi sentimen positif untuk rupiah.

Baca Juga: Cadangan Devisa Diproyeksi Bakal Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa pada 2024

Oleh sebab itu, Alwy memperkirakan rupiah masih akan melemah terbatas dengan kisaran Rp 15.470 - Rp 15.580 per dolar AS.

Sementara Josua memproyeksikan rupiah pada rentang Rp 15.475 - Rp 15.575 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi