KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten pertambangan batubara milik negara, PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) diyakini masih cukup cerah tahun ini. Salah satunya ditopang oleh inisiasi diversifikasi bisnis yang dijalankan PTBA. PTBA tengah mengembangkan pabrik untuk mengintegrasikan bisnis batubaranya menjadi dimetil eter (DME) melalui
joint venture dengan beberapa perusahaan. Pabrik ini akan memproduksi 1,4 juta ton DME per tahun dan membutuhkan suplai batubara sebesar 6,0 juta ton per tahun. Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengatakan, PTBA akan menikmati royalti 0% dari setiap batubara yang dijual ke pabrik DME.
Baca Juga: Simak saham-saham sektor tambang batubara pilihan Mirae Asset Sekuritas Seiring dengan harga batubara saat ini yang sudah di atas US$ 70 per ton, Juan menilai produsen batubara dengan porsi ekspor yang lebih besar akan lebih diuntungkan dibandingkan dengan emiten dengan porsi ekspor yang lebih kecil. Hal ini disebabkan adanya harga atas
(ceiling price) berdasarkan regulasi kebutuhan batubara dalam negeri atau
domestic market obligation (DMO). Terkait hal ini, Juan menyebut PTBA akan meningkatkan target porsi ekspor menjadi 50% pada tahun ini. “PTBA juga terus meningkatkan kapasitas batubaranya, dimana kapasitas jalur Tanjung Enim-Kertapati akan meningkat menjadi 7 juta ton (dari sebelumnya 5 juta ton) dimana proyek perluasannya akan selesai pada kuartal ketiga 2021,” terang Juan dalam riset, Selasa (24/8).
Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga Rp 2.900 per saham. Rekomendasi ini didorong oleh sejumlah faktor, mulai dari potensi proporsi ekspor yang lebih tinggi pada tahun ini dan adanya potensi peningkatan kapasitas produksi serta cadangan yang melimpah. Namun, risiko yang menyelimuti rekomendasi ini adalah harga batubara global yang bisa melemah dan perubahan regulasi. Per Rabu (25/8), saham PTBA bertengger di level Rp 2.090. Sejak awal tahun, penghuni Indeks Kompas100 ini melemah 25,62%.
Baca Juga: Harga batubara tren naik, apakah saham ADRO, PTBA, ITMG, UNTR, HRUM yang layak beli? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati