KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri e-commerce Indonesia diproyeksikan akan terus berkembang pesat pada tahun 2025, dengan total nilai transaksi
Gross Merchandise Value (GMV) diperkirakan mencapai antara US$ 85 miliar hingga US$ 90 miliar. Angka itu tumbuh sekitar 20% - 25% dari tahun sebelumnya.
Menurut Budi Primawan, Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), dominasi pemain besar seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada akan terus berlanjut, meski platform
niche seperti Blibli yang mengkhususkan diri pada produk premium atau kebutuhan rumah tangga juga semakin berkembang. Selain itu, platform
social commerce seperti TikTok Shop dan Instagram Shopping diprediksi akan semakin mendominasi di pasar.
"Pertumbuhan ini didorong oleh penetrasi internet yang terus meningkat, adopsi teknologi digital, dan partisipasi UMKM dalam ekosistem digital," kata Budi kepada KONTAN, Rabu (8/1).
Baca Juga: Disebut Hentikan Bisnis Marketplace, Begini Penjelasan Bukalapak.com (BUKA) E-commerce di Indonesia tidak lagi berdiri sendiri, namun telah terintegrasi dengan berbagai layanan lain, mulai dari
fintech seperti
e-wallet dan
paylater, hingga logistik dan
social commerce. Ekosistem yang saling terhubung ini memberikan keunggulan kompetitif yang semakin kuat bagi para pemain besar, sekaligus membuka peluang bagi platform-platform baru untuk berkembang.
Budi juga menyoroti sejumlah tren yang akan membentuk pasar e-commerce Indonesia pada 2025 di antaranya
social commerce yakni belanja melalui media sosial semakin berkembang. Ini mengubah cara konsumen berinteraksi dengan produk dan merek.
"Teknologi kecerdasan buatan (AI) akan semakin digunakan untuk menciptakan pengalaman belanja yang lebih personal, mulai dari rekomendasi produk hingga pelayanan pelanggan otomatis," tambahnya.
Baca Juga: Bukalapak (BUKA) Tutup Layanan Marketplace, Selanjutnya Fokus ke Produk Virtual Selain itu, konsumen semakin memperhatikan produk yang ramah lingkungan, sehingga banyak platform e-commerce yang mulai menyesuaikan penawaran mereka dengan kebutuhan ini. Dan integrasi antara pengalaman belanja
offline dan
online, termasuk toko fisik yang mendukung layanan e-commerce, akan semakin banyak diterapkan.
Lebih lanjut, adopsi teknologi canggih seperti AI,
big data, dan
blockchain diperkirakan akan membawa dampak besar terhadap efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan. AI dan
big data digunakan untuk mengoptimalkan stok barang, memprediksi permintaan, dan mempercepat proses pengiriman, sementara
blockchain memungkinkan transaksi yang lebih aman serta transparansi dalam rantai pasok.
“Dengan teknologi ini, e-commerce tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga menawarkan pengalaman belanja yang lebih aman dan transparan bagi konsumen,” ujar Budi.
Untuk tetap kompetitif, pemain e-commerce mulai mengubah pendekatan mereka, dengan beberapa platform menekankan pada pembangunan komunitas pengguna melalui fitur
live streaming atau ulasan dari komunitas.
Selain itu, model berlangganan dan program loyalitas mulai diterapkan untuk mempertahankan pelanggan. Pemain e-commerce juga semakin fokus pada UMKM, memberikan pelatihan dan akses teknologi agar dapat memperluas jangkauan pasar mereka.
Investasi dalam logistik, terutama untuk memastikan pengiriman yang cepat dan biaya yang efisien, menjadi kunci untuk memenangkan persaingan.
Tantangan utama lainnya bagi industri ini adalah regulasi yang semakin ketat. Perlindungan data pribadi yang semakin ketat melalui UU PDP, pajak digital yang lebih tinggi, dan keamanan transaksi digital menjadi isu utama yang harus dihadapi oleh pemain e-commerce.
“Pemain e-commerce perlu meningkatkan
compliance dengan regulasi ini, agar dapat membangun kepercayaan konsumen,” jelas Budi.
E-commerce juga memiliki peran penting dalam mendorong inklusi ekonomi. Platform digital telah memberikan peluang besar bagi UMKM untuk menjangkau pasar yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan pembangunan infrastruktur digital yang semakin baik, daerah-daerah yang sebelumnya kurang terjangkau kini dapat merasakan manfaat dari ekonomi digital, termasuk akses ke produk dan layanan baru.
"Selain itu, literasi digital menjadi kunci dalam mendorong inklusi ekonomi, dengan edukasi untuk masyarakat dan UMKM tentang teknologi digital yang terus digalakkan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih