Masih bisa turun, support terdekat IHSG di level 6.120



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren bearish selama empat hari beruntun. Pada perdagangan Rabu (7/3), indeks ditutup tumbang 2,03% ke level 6.368,27 setelah dibuka pada level 6.500,11.

Asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,10 triliun pada semua pasar. Selama sepekan ini, setidaknya net sell asing sudah sebesar Rp 4,76 triliun.

Teuku Hendry Andrean, Research Manager Shinhan Sekuritas Indonesia menyatakan, pelemahan IHSG pada perdagangan hari ini banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Terutama karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Agresifitas rencana The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan juga membuat panik pelaku pasar. Hal ini berpotensi menyebabkan rupiah sempat berada di level Rp 13.800.


“Memang inflasi Amerika ini lebih tinggi dari ekspektasi, akhirnya Jerome Powell akan merespons dengan menaikkan Fed Fund Rate (FFR),” katanya.

“Ini juga efek trade war. Orang di sekitar Trump kini juga pendukung proteksionisme. Cenderung setuju dengan kebijakan Trump terkait dengan tarif impor baja,” kata Teuku di BEI, Rabu (7/3). Kebijakan Amerika Serikat itu juga belakangan direspons oleh China dengan mengurangi obligasi Amerika Serikat. 

Di Indonesia, pelaku pasar banyak yang keluar dari instrumen saham dan obligasi. Hendry melihat banyak pelaku pasar yang berpindah ke instrumen save haven seperti mata uang dollar. Hal ini imbas dari menguatnya dollar AS terhadap rupiah belakangan ini. “Rupiah tertekan, biasanya indeks cenderung turun. Ada potensi outflow juga dari pasar obligasi,” lanjutnya.

Apakah pelemahan ini bisa menjadi potensi pelaku pasar untuk mulai mengoleksi saham? Hendry menyebut, ada potensi untuk masuk, namun apabila dollar masih terus melemahkan rupiah, tekanan IHSG masih akan berlanjut.

"Bottom IHSG pun belum kelihatan. Sulit rasanya untuk menentukan bahwa saat ini adalah momentum yang tepat (untuk masuk)," kata Hendry.

Faktor kunci yang menjadi peluang IHSG bisa rebound yakni nilai tukar mata uang. Menurut Hendry, masih ada potensi indeks turun karena faktor nilai tukar. Dari sisi teknikal, ada potensi koreksi terdekat ke level 6.120. Hal ini dikarenakan indeks pada hari ini ditutup melewati level support pada 6.388.

Dibandingkan dengan tahun lalu, asing yang banyak keluar pasar modal diimbangi oleh masuknya investor lokal dan cukup anomali. Sedangkan saat ini, banyak investor asing yang keluar, sementara lokal masih wait and see mengamati indeks. “Tahun lalu sentimennya karena GDP sesuai dengan target atau tidak, meskipun bisa di atas 5%, tapi ini di bawah ekspektasi. Sementara saat ini karena melemahnya rupiah,” papar Hendry.

Tahun ini, memang pasar modal Indonesia masih diwarnai ketidakpastian. Oleh karena itu, investor tetap harus berhati-hati membaca pasar. Menurut Hendry, apabila rupiah nanti mulai menguat, ada potensi akan diikuti oleh pergerakan indeks. “Kalau tahun lalu, asing keluar, tapi rupiah masih cukup kuat,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini