Masih Bullish, Harga Emas Diprediksi Lanjut Menguat usai The Fed Pangkas Suku Bunga



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas spot (XAU/USD) terus melonjak di tengah ketegangan geopolitik dan ekspektasi pemotongan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang agresif. Pada hari Jumat (20/9), harga emas mencapai level tertinggi sepanjang masa di atas US$2.600 per ons troi.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengatakan, lonjakan harga emas mencerminkan kuatnya minat pasar terhadap aset lindung nilai (safe haven) ini. Namun mungkin volatilitas akan tetap tinggi membayangi harga emas.

Harga emas hari ini kemungkinan berada dalam kondisi yang cukup fluktuatif, namun tetap mendukung tren bullish yang telah berjalan. Berdasarkan indikator Moving Average, tren bullish emas masih sangat kuat, dan harga emas diperkirakan akan terus mengalami kenaikan.


"Emas berpotensi mencapai harga US$2.625 sebagai target tertinggi harian. Namun, jika terjadi pembalikan arah (reversal), emas berpotensi terkoreksi ke level US$2.604 sebagai target terdekat," ujar Andy dalam riset yang dibagikan, Senin (23/9).

Di sisi lain, Andy mewaspadai bahwa dalam skenario di mana emas tidak mampu mempertahankan level kenaikan, pergerakan ke bawah menuju US$2.604 dapat menjadi tanda awal potensi koreksi yang lebih dalam. Terpantau, harga emas pada hari Senin (23/9), diperdagangkan di wilayah negatif di sekitar US$2.620 pada awal sesi Asia, meskipun masih mendekati level tertinggi sepanjang masa.

Baca Juga: Harga Emas Tembus US$2.600 di Tengah Ekspektasi Suku Bunga & Ketegangan Timur Tengah

Andy memaparkan, reli emas yang sangat kuat sepanjang tahun 2024, dengan kenaikan 27% sejak awal tahun, dapat mengurangi minat beli dari konsumen ritel di pasar utama seperti Tiongkok dan India. Harga emas yang terus meningkat telah menekan daya beli ritel, yang mungkin mempengaruhi permintaan jangka panjang.

Namun, meski ada potensi koreksi, faktor-faktor seperti pelemahan dolar AS yang berkelanjutan dan meningkatnya ketegangan global tetap menjadi penopang kuat bagi harga emas. Pelemahan dolar membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menjaga daya tarik logam mulia ini di pasar global.

Adapun pemangkasan suku bunga yang mengejutkan oleh The Fed sebesar 50 basis poin (bp) minggu lalu menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong harga emas ke level tertinggi. Dalam pertemuan dua hari yang digelar Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), bank sentral AS memberikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga lebih lanjut mungkin terjadi sebelum akhir tahun 2024.

Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah turut menjadi faktor utama yang mendorong harga emas. Konflik berkepanjangan di Gaza, Ukraina, dan wilayah lainnya memperkuat permintaan terhadap emas sebagai aset pelindung nilai di tengah ketidakpastian global. Ketidakpastian geopolitik ini membuat emas semakin diminati oleh investor yang ingin melindungi asetnya dari risiko global.

"Secara keseluruhan, proyeksi harga emas untuk hari ini menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut hingga mencapai US$2.625. Dukungan utama bagi tren bullish emas saat ini berasal dari kebijakan moneter longgar The Fed dan ketegangan geopolitik yang terus membayangi pasar," pungkas Andy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih