Masih dibayangi pandemi, IESR proyeksikan konsumsi listrik 2021 tumbuh di bawah 3%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi listrik nasional pada tahun lalu anjlok tersengat pandemi covid-19. Gerak loyo ekonomi dan industri membuat penjualan listrik PT PLN (Persero) ikut merosot.

Menjelang tengah tahun 2021, konsumsi listrik mulai menggeliat. Perusahaan setrum plat merah pun membidik penjualan listrik bisa naik 4,7% pada tahun ini. Setelah pada tahun lalu penjualan listrik mencatatkan pertumbuhan minus 0,79%.

Meski mulai membaik, tapi Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memberikan catatan. Menilik kinerja pada Kuartal IV-2020, ekonomi Indonesia memang sudah terlihat menggeliat. Adanya relaksasi pembatasan sosial membuat permintaan listrik di sektor komersial dan industri perlahan merangkak naik.


Namun, Fabby melihat, masih butuh waktu untuk mengembalikan tingkat konsumsi listrik sampai ke level normal sebelum pandemi Covid-19. Apalagi, segmen komersial yang terdampak parah juga belum sepenuhnya pulih. Misalnya konsumsi listrik dari hotel, perkantoran, dan bisnis masih belum normal.

"Sampai saat ini banyak kantor melakukan work from home, dan industri pariwisata belum pulih sehingga tingkat okupansi penginapan atau hotel masih rendah dan belum pulih," kata Fabby kepada Kontan.co.id, Senin (10/5).

Baca Juga: Konsumsi mulai naik, PLN bidik pertumbuhan penjualan listrik 4,7% di tahun ini

Fabby pun memprediksi, kondisi normal baru akan terjadi setelah tahun 2022. Itu pun dengan catatan adanya penanganan pandemi covid-19 dan berjalannya pemulihan ekonomi. Sedangkan untuk tahun ini, dia memperkirakan capaian penjualan listrik PLN masih di bawah target.

Ia mengestimasikan pertumbuhan penjualan listrik tahun ini hanya di bawah 3% atau dikisaran 2%-2,5%. Sebab, pertumbuhan konsumsi listrik juga tergantung dari pertumbuhan ekonomi. Masalahnya, jika covid-19 bisa terkendali pada Q3-2021 sekalipun, target pertumbuhan ekonomi 5% masih cukup berat untuk dicapai.

"Masih di bawah target aspiratif PLN. Tapi semua tergantung kecepatan pemulihan pasca covid. Berat (mencapai target) 4,7%. Saya estimasi di bawah 3%," imbuh Fabby.

Terpisah, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril membeberkan, pada Kuartal I-2021 lalu penjualan listrik PLN masih minus 1,34% dibandingkan periode Q1-2020. Penurunan penjualan masih terjadi pada semua segmen pelanggan.

Namun, penjualan listrik PLN sampai dengan bulan April 2021 sudah menunjukkan perbaikan. Bob bilang, penjualan listrik sudah bergerak ke level positif dengan naik 0,48% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020. PLN memproyeksikan pertumbuhan penjualan untuk periode Kuartal II akan tumbuh dibandingkan 2020 atau saat masa awal pandemi.

"Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan bulanan, dimana pada bulan April ini untuk segmen Sosial, Bisnis, Industri, Publik dan Layanan Khusus sudah menunjukkan trend positif," kata Bob saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (10/5).

Konsumsi listrik untuk sektor industri dan bisnis sudah menunjukkan sinyal positif. Sebagai gambaran, dibandingkan bulan April 2020, konsumsi listrik untuk industri tumbuh hingga 20,27% pada bulan April 2021 lalu. Begitu juga dengan segmen bisnis yang menanjak 15,92%.

Bob optimistis momentum pertumbuhan konsumsi listrik ini bisa terjaga dan terus berlanjut seiring dengan pemulihan ekonomi. Hingga akhir tahun nanti, PLN pun yakin bisa kembali menorehkan pertumbuhan penjualan listrik setelah tahun lalu mencatatkan minus.

PLN membidik penjualan listrik sebesar 252,48 TWh pada tahun 2021 atau tumbuh 4,7% dibandingkan tahun lalu. Adapun pada tahun 2020 PLN mengempit penjualan setrum sebanyak 241,14 TWh atau minus 0,79% dibandingkan penjualan tahun 2019.

"Based kami ke tahun 2020, dimana penjualan listrik sangat rendah. Dengan melihat pertumbuhan ekonomi, indeks keyakinan konsumen serta kenaikan konsumsi dan substitusi impor dengan barang lokal, saya kira bisa (mencapai target)," imbub Bob.

Selanjutnya: Tahun ini, PLN Disjaya membidik penjualan listrik sebanyak 33,05 TWh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat