KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) masih dihantui sejumlah tantangan di tahun ini. Meski begitu, perseroan dinilai masih mampu untuk menjaga stabilitas performanya. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menjelaskan, melihat dari harga CPO dunia sepanjang kuartal kedua ini, meskipun berada dalam tren menguat dan kembali ke atas level MYR 4.000 tetapi masih berada di bawah rata-rata. Ia menyebut, saat ini rata-rata harga CPO di kisaran MYR 3.600/ton. Angka tersebut lebih rendah dari harga rata-rata kuartal I 2023 di kisaran MYR 4.000/ton, bahkan jauh lebih rendah jika dibandingkan secara YoY, di mana semester I 2022 berada di atas level MYR 6.000/ton.
"Oleh karena itu tidak heran jika kinerja para emiten CPO tahun ini akan cenderung lesu termasuk TAPG," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/7).
Baca Juga: Ciptadana Rekomendasikan Beli Saham TAPG Saat Kinerja Turun, Ini Penjelasannya Tahun ini, Pandhu menyebutkan juga akan banyak tantangan bagi sektor perkebunan sawit. Di antaranya faktor cuaca dan potensi datangnya El Nino yang dapat mempengaruhi tingkat produksi tanaman. Kemudian, harga CPO tahun ini juga lebih rendah dibanding tahun lalu yang luar biasa tinggi sehingga
profit margin akan terpangkas. Lalu terdapat peningkatan beban yang disebabkan oleh kenaikan harga pupuk. Meski begitu, ia mencermati TAPG memiliki usia tanaman yang mayoritas saat ini berada dalam usia produktif. Sekitar 78% berada di usia 7-20 tahun dengan usia tanaman rata-rata 12 tahun. "Hal ini tentu membuat kapasitas produksi perseroan masih dapat digenjot tanpa harus
replanting sehingga lebih efisien dibandingkan rata-rata industri sawit di Indonesia saat ini," katanya. Sambungnya, memasuki semester kedua, jika dilihat dari GDP China dan India yang kembali melaju sehingga diharapkan dapat mendorong permintaan karena kedua negara tersebut merupakan konsumen terbesar CPO. Katalis positif lainnya dari beroperasinya pabrik kelapa sawit baru karena meningkatkan kapasitas produksi. Selain itu juga meningkatkan
profit margin karena dapat mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi CPO yang harganya lebih tinggi. Pandhu menyatakan, saat ini kapasitas produksi perseroan mencapai 995 ton per jam dari 18 pabrik dan menargetkan produksi CPO mencapai 1,04 juta ton untuk tahun 2023 atau meningkat sekitar 4% YoY.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Transportasi dan Logistik dari Analis Berikut Ini "Untuk tahun ini kami perkirakan TAPG dapat membukukan penjualan sekitar Rp 8 triliun dengan laba kisaran Rp 1 triliun," sebutnya. Secara keseluruhan, ia menyarankan saham TAPG lebih baik untuk
trading terlebih dahulu mengingat sektor CPO masih dipenuhi tantangan sekaligus memanfaatkan fluktuasi dan momentum harga CPO yang sedang
rebound.
"Namun untuk dipegang dalam jangka panjang mungkin perlu menunggu harga yang lebih murah sehingga terdapat potensial
upside yang lebih tinggi, kami targetkan TAPG Rp 690 untuk tahun ini," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi