KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sawit diprediksi masih stagnan di akhir tahun 2023. Sebab, masih banyak sentimen negatif yang membayangi kinerja minyak kelapa sawit alias
crude palm oil (CPO). Uni Eropa (UE) telah memberlakukan peraturan baru bernama EU Deforestation Regulation (EUDR). Sejumlah komoditas akan terpengaruh, salah satunya adalah CPO. Akibatnya, ekspor sawit ke Eropa terancam terhambat karena adanya EUDR yang diberlakukan di Uni Eropa. Melansir Trading Economics, Selasa (12/12), harga CPO turun 1,11% selama seminggu dan turun 4,23% dalam sebulan ke MYR 3.739 per ton.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan melihat, emiten CPO yang mengandalkan ekspor akan terdampak kinerja keuangannya di tengah pelarangan impor CPO oleh UE.
Baca Juga: Volume Penjualan Rokok Diramal Turun di 2024, Intip Rekomendasi HMSP dan GGRM Namun, jika melihat data industri CPO Indonesia terakhir, volume ekspor CPO dan produk CPO Indonesia sampai dengan bulan September 2023 naik sebesar 7,3% secara tahunan (YoY) ke 24,6 juta ton. “Sedangkan, untuk nilai ekspornya turun sebesar 27,7% YoY,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (12/12). Hal ini menunjukkan penurunan kinerja industri lebih dipengaruhi oleh harga CPO yang turun secara signifikan dibandingkan tahun lalu yang juga dipengaruhi karena dinamika
supply -demand. Selain itu, harga
substitute edible oil lainnya, seperti
rapeseed, soybean, dan
sunflower yang juga turun. “Apabila rata-rata harga
substitute oil itu di kuartal III 2022 ada di US$ 1.280 per ton, di kuartal III 2023 kemarin rata-rata harga ada di US$ 860 per ton, atau turun 33% YoY,” paparnya. Jika dilihat dari sisi produksi, produksi CPO dan
Crude Palm Kernel Oil (CPKO) Indonesia masih tumbuh sebesar 11,6% YoY sampai dengan bulan September 2023 ke level 40,8 juta ton. Dengan curah hujan yang saat ini sedikit lebih baik sejak bulan Oktober, diperkirakan produksi di kuartal IV 2023 masih akan cenderung flat atau sedikit membaik. Di sisi lain, harga CPO global di kuartal III 2023 ada di kisaran US$ 820 per ton dengan harga sepanjang bulan Oktober. Sementara, sampai dengan minggu pertama Desember 2023 di level US$ 785 per ton.
Baca Juga: Menyelisik Kinerja Saham-Saham di Papan Akselerasi Jadi, secara umum, di kuartal IV 2023 ini pendapatan emiten-emiten CPO masih akan cenderung flat dibandingkan dengan kuartal III. “Untuk memprediksi kinerja industri ini, lebih relevan untuk membandingkan secara kuartalan. Sebab, banyak anomali di tahun lalu yang menyebabkan harga yang begitu volatil,” tuturnya. Darma melihat, kinerja emiten CPO yang masih bagus dan bisa dicermati investor adalah AALI, LSIP, NSSS, STAA dan DSNG.
“Untuk harga sendiri, kami masih melakukan
review dan belum menentukan target harga baru,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi