Masih Diselimuti Tantangan, Begini Rekomendasi Saham Adhi Karya (ADHI)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Outlook PT Adhi Karya Tbk (ADHI) pada tahun ini diperkirakan masih akan penuh tantangan. Emiten pelat merah ini diperkirakan tidak akan mencapai target kontrak baru yang sudah dicanangkan. Keberadaan pandemi Covid-19 masih jadi katalis negatif yang membayangi kinerja ADHI. 

Analis CGS CIMB Sekuritas Aurelia Barus dalam risetnya pada 21 Maret menuliskan, perolehan kontrak ADHI pada tahun 2021 yang sebesar Rp 15,3 triliun masih di bawah ekspektasinya. Sementara pada tahun ini, ia melihat kontrak baru yang berpotensi didapatkan ADHI juga hanya akan sekitar Rp 20 triliun. 

Adapun, angka tersebut di bawah target manajemen ADHI yang mencapai Rp 24 triliun - Rp 28 triliun pada tahun ini. “Kami mempertimbangkan angka tersebut berdasarkan anggaran infrastruktur pemerintah pada tahun ini yang turun 5% dibandingkan tahun lalu,” kata Aurelia dalam risetnya. 


Manajemen ADHI menyebut bahwa target kontrak baru pada 2022 belum mempertimbangkan kontrak yang berpotensi didapatkan dari proyek Ibu Kota Negara (IKN) baru. Kendati begitu, Aureli meyakini tambahan kontrak dari proyek IKN baru tidak cukup untuk mendongkrak Return on Equity (ROE) ADHI pada tahun ini. 

Baca Juga: Diselimuti Sejumlah Sentimen, Simak Rekomendasi Saham Emiten Konsumen Primer Berikut

Lebih lanjut, ia memproyeksikan ROE ADHI untuk tahun 2022 hingga 2024 secara rata-rata akan ada di kisaran 7%. Angka tersebut masih di bawah ROE ketika periode pembangunan infrastruktur besar-besaran di 2014-2018 yang rata-rata mencapai 11%. Ia juga memproyeksikan Debt to Equity Ratio (DER) ADHI pada periode 2022-2024 akan di kisaran 1,4x - 1,8x.

“Ditambah lagi, kami melihat masih adanya potensi risiko untuk sektor infrastruktur akibat pandemi Covid-19,” imbuhnya.

Ia mencontohkan, manajemen ADHI menargetkan penurunan nilai bersih piutang untuk tahun ini sebesar Rp 300 miliar. Padahal, pada 2021, ADHI justru mencatatkan total kerugian sebesar Rp 168 miliar sehingga membuat angkanya naik menjadi Rp 566 miliar, atau 273% lebih tinggi dari akhir 2019. 

Dalam waktu dekat, ADHI juga berencana menggelar rights issue dengan melepas maksimal sebanyak 7,12 miliar sahamnya. Aurellia memproyeksikan, lewat aksi korporasi ini, ADHI akan mengumpulkan dana maksimal Rp 3,9 triliun. Menurutnya, sekitar Rp 1,9 triliun akan datang dari pemerintah lewat suntikan modal atau PMN dan sisanya akan dari pemegang saham umum. 

“Berdasarkan perhitungan kami, jika sepenuhnya terserap dan dengan menerbitkan saham baru semaksimal mungkin, harga pelaksanaan rights issue adalah Rp 544 per saham,” jelas Aurelia.

Baca Juga: Harga CPO Masih Tinggi, Simak Rekomendasi Saham AALI Berikut Ini

Nantinya, dana dari rights issue tersebut akan digunakan manajemen ADHI sebagai investasi ke dalam enam proyek infrastruktur baru. Aurelia menilai potensi tambahan pendapatan dari kontrak yang tersisa mungkin tidak cukup untuk mengimbangi peningkatan ekuitas. Hal ini pada akhirnya bisa memberi tekanan yang lebih terhadap ROE ADHI.

Pada tahun ini, mempertimbangkan margin yang lebih rendah, beban bunga, serta perolehan kontrak baru yang di bawah target manajemen, Aurelia memperkirakan ADHI akan membukukan rugi bersih sebesar Rp 3,5 miliar, diiringi dengan pendapatan sebesar Rp 15,35 triliun.

Ia pun memberi rating reduce untuk saham ADHI dengan target harga Rp 700 per saham.

 

ADHI Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi