Masih Ekspansif, Capex Indo Tambangraya (ITMG) Berpeluang Naik 2 Kali Lipat pada 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) masih ekspansif di tengah lesunya harga batubara. Emiten tambang batubara ini memproyeksi alokasi belanja  modal alias capital expenditure (capex) tahun depan berpeluang naik 2 kali lipat dari tahun ini.

Direktur Keuangan ITMG Junius Darmawan mengatakan, tahun ini ITMG mengalokasikan capex senilai US$ 44 juta. Tahun depan, ITMG akan menggenjot lebih banyak alokasi dana untuk investasi capex paling tidak naik sebesar 2 kali lipat dari tahun ini.

Junius menjabarkan, capex akan digunakan untuk rencana pengembangan beberapa tambang baru milik ITMG, salah satunya Graha Panca Karsa (GPK) yang diperkirakan beroperasi tahun 2024. 


Capex tahun depan juga digunakan untuk pengembangan infrastruktur, seperti pengembangan pelabuhan jetty hingga jalan angkut terutama untuk operasi di PT Trubaindo Coal Mining.

Baca Juga: Topang Ekspansi, Kapasitas Gudang Milik Segar Kumala (BUAH) Naik 44,2%

Pengembangan infrastruktur pertambangan ini sejalan dengan rencana ITMG untuk meningkatkan kapasitas produksi di tahun depan.

“Capex juga digunakan untuk pembangunan solar panel, terkait dengan transisi perusahaan, dimana  Cahaya Power Indonesia dan Suryanesia telah mendapatkan kontrak pembangunan solar rooftop,” kata Junius dalam paparan publik, Kamis (30/11). 

Meski demikian, Junius menegaskan rencana alokasi capex tahun depan masih dalam tahap finalisasi.

Adapun total belanja modal yang diserap ITMG per September 2023 sebesar US$ 26,7 juta. 

Rinciannya, sebanyak US$ 15 juta untuk anak usaha di tambang batubara (Trubaindo, Bharinto, Jorong, Indominco), kemudian sebanyak US$ 7,1 juta untuk PT Tambang Raya Usaha Tama, nak usaha di bidang kontraktor pertambangan.

Baca Juga: Pasca IPO, Janu Putra Sejahtera (AYAM) Akan Bangun Fasilitas Hatchery di Kalimantan

Sebanyak US$ 1 juta untuk proyek greenfield yang mencakup Graha Panca Karsa, Nusa Persada Resources (NPR), dan Tepian Indah Sukses (TIS). 

Lalu, sebanyak US$ 2,6 juta untuk bisnis energi baru terbarukan (EBT). Terakhir, US$ 900.000 untuk keperluan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi