KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca pemilihan umum 2019 rampung diselenggarakan, Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) melesat hingga level 6.568 pada awal perdagangan, Kamis (18/4) lalu. Meski begitu, ketika ketika pasar ditutup pada sore hari, IHSG kembali membumi di level 6.507. Euforia pasar yang terjadi saat itu dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Termasuk salah satunya oleh para investor yang mengoleksi saham-saham dengan
price equity ratio (PER) tinggi. Para pelaku pasar dapat melakukan aksi ambil untung (profit taking) di tengah euforia pasar tersebut. Analis Senior Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio misalnya mengatakan, bahwa aksi
profit taking bisa saja dimanfaatkan bagi para investor di tengah euforia seperti pasca pemilihan umum ini.
"Euforia dan
profit taking hal biasa.
Gap IHSG pada pembukaan pasca pemilu kemarin sudah di atas, sehingga investor yang akan beli pasti dengan harga tinggi. Dan yang sudah punya, lepas saja mumpung (harganya tinggi)," kata Bertoni kepada Kontan.co.id, Kamis (20/4). Bertoni bilang ada beberapa saham dari berbagai sektor yang bisa dilepas untuk mendatangkan cuan dengan memanfaatkan momentum. Bertoni secara khusus menyoroti saham-saham dari sektor perbankan, konstruksi dan infrastruktur. Bertoni punya alasan mengapa sektor-sektor itu cukup prospektif bagi para investor yang ingin melakukan aksi
profit taking. Menurutnya, sektor konstruksi dan infrastruktur adalah sektor-sektor yang bisa dibilang terdampak secara langsung pasca hasil hitung cepat menunjukkan keunggulan pasangan Joko Widodo-Maaruf Amin. “Pasar melihat kebijakan pemerintah ke depan masih akan memprioritaskan pembangunan infrastruktur sehingga emiten konstruksi dan infrastruktur berpotensi menuai kinerja bagus,” jelasnya. Bertoni menganjurkan beberapa saham seperti
WSKT, anggota indeks
Kompas100, dengan PER 7,40x dan
target price di level 2220.
PTPP, anggota indeks
Kompas100, dengan PER 10,29x dengan
target price 2600.
WEGE dengan PER 9,26x dan
target price 440.
WIKA, anggota indeks
Kompas100, dengan PER 12,54x dan
target price 2500. Lalu
ADHI, anggota indeks
Kompas100,dengan PER 9,94x dan
target price 1900.
WTON, anggota indeks
Kompas100,dengan PER 11,34x dan
target price 670. serta
JSMR, anggota indeks
Kompas100, dengan PER 19,97x dan
target price 6200. Meski begitu Bertoni menilai euforia tersebut tidak akan bertahan lama. Hal ini lantaran setelah ini, pasar akan kembali memberikan perhatian pada sentimen laporan keuangan kuartal I tahun 2019 pada masing-masing emiten. “Sehingga euforia ini bisa dimanfaatkan untuk saham-saham yang bisa dibilang ikut terkerek sentimen politik dalam jangka waktu pendek,” tambahnya. Analis Samuel Sekuritas Muhamad Alfatih punya rekomendasi berbeda. Ia mencoba untuk melihat saham-saham dengan potensi
profit taking dari setiap sektor. Menurutnya tidak semua sektor memiliki saham-saham yang cukup prospektif untuk dilakukan aksi ambil untung. “Boleh jadi angka PER-nya tinggi, tapi saham itu tidak likuid dan kapitalisasi pasarnya tidak besar,” kata Alfatih ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/4). Untuk sektor
consumer goods, rekomendasi Alfatih jatuh pada saham
ROTI dan
UNVR (anggota indeks
Kompas100). Sepengamatannya, pergerakan ROTI sudah berada di ambang batas tinggi yakni pada level 1370-1.450 dengan PER 42,9x. Sedangkan UNVR bisa dilepas pada level 50.525 dengan melihat PER saham yang sebesar 38,0x.
Rekomendasi Alfatih dari sektor lain adalah saham
SGRO dengan PER 78.7x. Saham ini sudah bergerak di level tertinggi yakni 2400. Begitu juga dengan
INTP (anggota indeks
Kompas100) untuk sektor industri dasar. Saham emiten ini sudah bergerak hingga level 22.600 dengan PER mencapai 59,2x . Lalu untuk sektor pertambangan, Alfatih merekomendasikan investor
INCO, anggota indeks
Kompas100, untuk melepas saham perusahaan tersebut. “Harga nikel global yang flat bisa pengaruhi harga saham INCO ke level 2750, jadi lebih baik dilepas,” jelasnya. Menurut Alfatih, PER INCO sendiri bisa dibilang masih tinggi lantaran berada pada angka 35,06x dibandingkan emiten lain pada sektor yang sama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi