KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat selektif di masa pandemi covid-19, kini bank sudah mulai ramai menyalurkan pendanaannya ke multifinance. Hal ini tercermin dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat kenaikan pendanaan multifinance yang bersumber dari bank per Februari 2022 sebesar 13,35% year on year (yoy) menjadi Rp 140,59 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 124,03 triliun. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno mengatakan, saat ini bank sudah mulai ramai mengalirkan dananya ke multifinance. Menurutnya, bank sudah membuka kesempatan untuk memberikan pendanaan tersebut sejalan dengan pertumbuhan industri.
"Ada beberapa bank yang sudah mulai bertanya pada kami terkait bagaimana situasi industri multifinance saat ini. Likuiditas juga sudah mulai banyak dan masuk lagi kepada teman-teman perusahaan multifinance,” ujar Suwandi kepada kontan.co.id.
Baca Juga: Banyak Sentimen Negatif, Begini Prospek Pergerakan Saham Emiten Bank Digital Salah satunya PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) misalnya yang memperoleh pendanaan yang bersumber dari pembiayaan bersama dengan induk usaha dan pinjaman bank. Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman menyampaikan, seiring pertumbuhan aset di perusahaan dan kepercayaan dari bank-bank, nilai saldo pendanaan CNAF per April 2022 mengalami kenaikan sebesar 205% atau Rp 3,92 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 1,29 triliun. Selain itu, total fasilitas pinjaman bank yang masih tersedia sampai periode April 2022 sebesar Rp 3,03 triliun. "Angka tersebut belum mempertimbangkan rencana pinjaman baru maupun rencana penerbitan bond/sukuk. Ketersediaan sumber pendanaan tersebut sesuai dengan strategi CNAF dalam meningkatkan asset kelolaan seiring perbaikan ekonomi sekaligus kepercayaan pasar atas kinerja CNAF yang semakin membaik," ujar Ristiawan. CNAF optimistis pendanaan dari pembiyaan bersama maupun pinjaman bank tetap akan meningkat untuk mendukung kenaikan aset kelolaan yang tumbuh 48% yoy dari Rp 5,4 triliun ke Rp 8,4 triliun per April 2022, seiring pertumbuhan pembiayaan baru untuk industri mobil di Indonesia. Selain itu, Ristiawan menyebut, likuiditas perbankan masih cukup besar sehingga penyerapan untuk pembiayaan konsumsi masih dapat dilakukan. Hal ini terlihat dari rencana akad pinjaman baru dengan beberapa bank. Pendanaan dari pinjaman bank memang berkontribusi sebesar 46% dari total aset kelolaan CNAF. Angka tersebut meningkat dibanding periode yang sama ditahun sebelumnya. "Sumber pendanaan lain adalah dari pembiayaan bersama (joint financing) maupun modal sendiri guna mendukung pertumbuhan asset kelolaan CNAF," tambahnya. Melihat pertumbuhan portfolio CNAF sampai April 2022 yang meningkat sebesar 48% yoy, CNAF optimistis pembiayaan baru kepada konsumen akan meningkat di akhir tahun 2022 sebesar 50% atau senilai Rp 8 triliun. Untuk mendukung pembiayaan tersebut, CNAF membutuhkan pendanaan baru dari pembiayaan bersama dan pinjaman bank. Komposisi pendanaan tersebut dijaga diangka 50:50 sehingga total pendanaan dari pinjaman bank diperkirakan sebesar Rp 4 triliun sampai akhir tahun 2022. Dalam mendapatkan pendanaan baru, CNAF menerapkan strategi dengan menambahkan fasilitas kredit dengan beberapa existing bank maupun membuka kerjasama dengan bank rekanan baru. Selain itu, mendorong pembiayaan bersama dengan induk usaha, dan menerbitkan bond/sukuk ke pasar modal.
Baca Juga: Tumbuh 27%, WOM Finance Catatkan New Booking Rp 1 Triliun hingga Kuartal I "Kepercayaan dari lender/bank terlihat dari pertumbuhan Gearing Ratio menjadi 2,5X seiring kinerja CNAF yang terus membaik sekaligus likuiditas bank yang masih berlimpah," katanya. Sebagai informasi, pendanaan dari bank merupakan salah satu sumber terbesar bagi perusahaan multifinance untuk menyalurkan kreditnya. Beberapa perusahaan multifinance pun mengungkapkan, pendanaan yang diterima dari bank akan lebih baik. Misalnya Mandala Finance yang saat ini mencatatkan bahwa pendanaan dari bank berkontribusi sebanyak 40% dari total pendanaan yang diterima perusahaan. "Komposisi modal bank vs total pendanaan Mandala Finance sekitar 40:60. Dibanding tahun lalu, kurang lebih sama. Sampai akhir tahun trennya kemungkinan akan sama," kata Direktur Mandala Finance Christel Lasmana. Christel mengatakan, untuk memenuhi target tahun 2022, perusahaan masih perlu penambahan pendanaan dari bank kira-kira sebesar Rp 1,5 triliun. Menurutnya, selain dari bank, rencana pendanaan perusahaan mencakup penerbitan Obligasi & Sukuk. Sampai dengan kuartal I-2022 WOM Finance juga berhasil memperoleh pendanaan dari bank sebesar Rp 700 miliar, atau meningkat Rp 650 miliar apabila dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar Rp 50 miliar seiring dengan meningkatnya juga penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh Perusahaan.
"Hingga akhir tahun ini, Perusahaan memproyeksikan kebutuhan akan pendanaan akan terus bertumbuh seiring dengan meningkatnya penyaluran pembiayaan yang akan dilakukan oleh Perusahaan," ujar Direktur WOM Finance Djaja Suryanto Sutandar. Berdasarkan Neraca Perusahaan per Maret 2022, porsi total pendanaan dari Bank tercatat sebesar 59% atau sekitar Rp 1,89 triliun. WOM Finance menargetkan pendanaan dari Bank hingga akhir tahun sebesar Rp 1,7 triliun, dimana dana tersebut disebut Djaja akan digunakan untuk mendukung aktifitas bisnis Perusahaan. "Perusahaan berkomitmen untuk terus konsisten meningkatkan performance Perusahaan sehingga dapat terus memberikan value added kepada seluruh pemangku kepentingan. Perusahaan juga terus memperkuat kerja sama dengan berbagai bank terkemuka di Indonesia, dan dengan dukungan penuh dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk sebagai Induk Perusahaan, maka Perusahaan optimis dapat terus memperkuat struktur pendanaan serta memperoleh pendanaan baru dari pihak perbankan," terang Djaja. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi