KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan teknologi di bidang pariwisata PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO) membukukan kinerja yang kurang memuaskan sepanjang enam bulan pertama tahun tahun ini. Mengutip laporan keuangannya, pendapatan bersih Pigijo melorot menjadi Rp 7,10 juta. Pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan bersih PGJO menyentuh Rp 46,71 juta. Kendati top line menurun drastis, bottom line PGJO tampak lebih baik, walau memang masih menanggung rugi. Tercatat, rugi tahun berjalan Pigijo di semester pertama 2021 mencapai Rp 3,78 miliar. Jumlah ini menipis dibanding rugi semester pertama tahun lalu yang mencapai Rp 5,28 miliar.
Baca Juga: Saham di Papan Akselerasi mayoritas turun pada Juni, simak rekomendasi berikut Direktur Utama Tourindo Guide Indonesia Adi Putera Widjaja mengungkapkan bahwa lesunya kinerja ini sudah diperkirakan sebelumnya. Saat pandemi Covid-19 menghantam Indonesia dan mobilitas masyarakat mulai dibatasi, manajemen sudah memperkirakan bisnisnya akan terdampak signifikan. Dengan segera, manajemen merespon dengan menghentikan program-program yang dijalankan saat itu. Tentu saja, kecekatan PGJO dalam mengambil langkah antisipasi itu tertolong karakteristiknya sebagai perusahaan start up yang mampu bergerak cepat. "Itu menyelamatkan kerugian-kerugian lebih besar yang mungkin timbul," kata Adi dalam paparan publik virtual, Selasa (31/8). Baca Juga: Menilik prospek saham penghuni papan akselerasi, begini kata analis Adapun untuk tahun 2021, Adi lebih optimistis kinerja perusahaannya akan membaik. Sejauh ini PGJO sudah memiliki pengalaman mengelola bisnis di tengah pandemi Covid-19. Optimisme itu juga terdorong program Vanguard Desa Wisata, Magang Kampus Merdeka bekerja sama dengan Kemendikbudristek RI. Program ini menjadikan PGJO sebagai tujuan magang untuk 100 mahasiswa. Adapun minat dari mahasiswa cukup besar, tercermin dari pendaftar yang mencapai 1.400-an. Diharapkan program ini dapat mengajak anak muda maupun mahasiswa memikirkan solusi yang bisa ditawarkan untuk membangkitkan kembali dunia pariwisata. "Sehingga tidak hanya produk wisata yang menjadi hasilnya, tetapi juga produk-produk unik khas Indonesia lainnya," kata dia. Program ini juga sesuai dengan target pasar PGJO yang sesungguhnya menyasar wisatawan anak muda dari luar negeri. Selain program tersebut, PGJO juga berupaya memperkuat branding dan awareness lewat konten di berbagai platform media sosial dan blog, sekaligus memperbanyak produk wisata local experience dengan menitikberatkan pada produk-produk Desa Wisata. Baca Juga: Sejumlah emiten ini berencana rights issue untuk tambah modal dan bayar utang Di sisi lain, perusahaan yang melantai di awal tahun 2020 itu juga menginisiasi Pigijo Sharing Bareng-Bareng (PSBB) yang bertujuan membantu mempromosikan produk-produk pariwisata lokal seperti kuliner, souvenir, dan objek wisata lokal. Ada juga Pigijo Digital Travelpreneur Certification, strategi ini berkolaborasi dengan berbagai organisasi/komunitas melakukan upgrading dan upscaling SDM travel assistance, dalam hal personal branding melalui produk virtual tour. PGJO juga menginisiasi gerakan #SupportLocalExpert yang mendukung local guide dengan mengajak para guru di setiap daerah membuat digital content yang berkaitan dengan pariwisata di daerah masing-masing. Diharapkan, langkah ini dapat berkontribusi positif untuk daerah tersebut pada akhirnya. Adi menambahkan, strategi-strategi yang dilakukan sejak tahun lalu itu sudah terealisasi kurang lebih 85%. Adapun untuk melancarkan strateginya, PGJO juga didukung oleh berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi-perguruan tinggi pariwisata. Baca Juga: Tourindo Guide (PGJO) mengincar dana Rp 45,94 miliar lewat rights issue Kondisi pariwisata ke depan memang belum akan kembali sepenuhnya seperti masa sebelum pandemi. Adi memaparkan, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia di tahun 2020 mencapai 4,05 juta. Jumlah ini melorot 74,84% dibanding tahun 2019. Adapun Kemenparekraf juga telah menyesuaikan proyeksi kunjungan wisman pada 2021 sekitar 4 juta-7 juta.