KONTAN.CO.ID - BALIKPAPAN. Penyediaan energi hijau baik secara nasional maupun regional terus bergulir dalam beberapa tahun terakhir. Selain mengejar target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang, Pemerintah Indonesia punya komitmen mencapai Net Zero Emission pada 2060 mendatang. Kalimantan Timur termasuk salah satu wilayah yang memiliki komposisi energi fosil dan nonfosil beragam.
Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika Kementerian PPN/Bappenas Rachmat Mardiana mengatakan, dalam upaya mendorong pembangunan berkelanjutan, salah satu fokus utama yakni dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan. Menurutnya, Kalimantan secara umum memiliki potensi sumber energi yang tergolong besar. "Kalimantan memiliki potensi batubara yang besar, di sisi lain ada potensi besar hidro di kawasan Kalimantan Utara. Juga ada potensi biomassa yang bisa dimanfaatkan ke depan," kata Rachmat dalam Gelaran Jelajah Energi Kaltim 2023, Selasa (5/9).
Baca Juga: Kementerian ESDM Masih Hitung Sejumlah Parameter Penyesuaian Tarif Listrik PLN Batam Rachmat menjelaskan, pengembangan EBT melalui skema ekonomi hijau dan ekonomi biru dapat menjadi peluang untuk menggerakan ekonomi baru di Kalimantan. Merujuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Kementerian PPN/Bappenas, permintaan atau konsumsi listrik secara khusus untuk Kalimantan Timur pada 2021 mencapai 963 kWh per kapita. Dari jumlah tersebut, sebesar 1,6% dipenuhi dari porsi kapasitas pembangkit listrik terbarukan. Seiring rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, peranan energi hijau dinilai kian memegang peranan penting ke depannya. Analis Kebijakan Ahli Muda Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Timur Sonny Widyagara Nadar menyebutkan, pembangkit listrik wilayah Kalimantan Timur masih didominasi pembangkit fosil. Merujuk data Dinas ESDM Kalimantan Timur, porsi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mencapai 17 unit dengan total kapasitas mencapai 835 MW. Kemudian disusul Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebanyak 6 unit dengan kapasitas 282 MW lalu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 233 MW. Adapun, pembangkit berbasis energi terbarukan yang telah terhubung ke jaringan PLN masih berskala kecil. Salah satu tantangannya yakni biaya investasi yang tinggi serta sifat intermittent pembangkit EBT atau proses produksi listrik yang masih terputus-putus. Kata Sonny, pihaknya memiliki target untuk meningkatkan bauran EBT Kalimantan Timur mencapai 12,39% pada 2025 mendatang. "Bauran EBT saat ini (2022) mencapai 7,24%. Kita banyak terbantu program B30 dan sekarang ada program B35," jelas Sonny dalam kesempatan yang sama. Menurutnya, jika pemanfaatan B30 maupun B35 dieliminisir dari kategori EBT maka raihan bauran EBT Kaltim masih sangat rendah. Tercatat, potensi EBT di Kalimantan TImur tergolong cukup besar. Jika dirinci, potensi PLTA mencapai 2.118,80 MW, PLTM dan PLTMH mencapai 3.112 KW, PLTS mencapai 13.479 MW, PLTB mencapai 212 MW serta potensi bioenergi secara total 1.086,14 MW.
Asal tahu saja, bauran energi Kalimantan Timur pada 2015 secara total mencapai 8,93 Million Tonne Of Oil Equivalent (MTOE). Dari jumlah tersebut, energi minyak mengampit porsi paling besar mencapai 67,71% lalu disusul dengan energi gas sebesar 24%. Selanjutnya, batubara menyumbang sekitar 5,16% dari total kebutuhan yang ada. Selanjutnya porsi EBT mencapai 3,13%. Nantinya, pada 2025 mendatang konsumsi energi Kalimantan Timur diprediksi mencapai 11,8 MTOE dimana porsi minyak berangsur turun mencapai 50,15%, porsi gas meningkat menjadi 25%, porsi batubara turut meningkat mencapai 12,24% dan bauran EBT meningkat hingga 12,39%.
Baca Juga: PLN Pangkas Daya Listrik PLTU Suralaya untuk Kurangi Polusi Jakarta Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat