JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak liar sepanjang perdagangan paruh pertama, Kamis (17/11). Mengacu data RTI, indeks terkoreksi tipis 0,04% atau 1,818 poin ke level 5.183,647 pukul 12.00 WIB. Tercatat 125 saham bergerak turun, 121 saham bergerak naik, dan 98 saham stagnan. Perdagangan pada sesi I ini melibatkan 5,48 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,82 triliun. Enam indeks sekstoral menyeret IHSG. Sektor pertambangan turun 1,22%, konstruksi turun 0,68%, dan barang konsumsi turun 0,44%.
Kembali, investor asing mencatatkan aksi jualnya. Di pasar reguler, net sell asing Rp 67,031 miliar dan Rp 73,626 miliar keseluruhan perdagangan. Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain; PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) turun 4,50% ke Rp 1.805, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 3,99% ke Rp 12.025, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) turun 3,71% ke Rp 22.050. Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain; PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) naik 3,72% ke Rp 15.350, PT Aneka Tambang (ANTM) naik 2,84% ke Rp 905, dan PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN) naik 2,74% ke Rp 3.380. "IHSG terkena aksi ambil untung oleh pemodal setelah mengalami penguatan pada hari sebelumnya," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dikutip dari Antara. Ia menambahkan, tekanan atas pasar saham Indonesia juga masih datang dari eksternal. Pasalnya, investor juga sedang menantikan kebijakan yang akan ditempuh Trump, karena kebijakan yang dikeluarkan juga cukup mempengaruhi ekonomi Indonesia.
Ia mengemukakan bahwa Donald Trump membawa tiga isu penting mengenai kebijakan perdagangannya, yakni melakukan tindakan keras dan tegas ke Tiongkok yang dianggap telah memanipulasi mata uang untuk meningkatkan ekspor. Kemudian, negosiasi ulang perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA). Dan, menolak Trans Pacifik Partnership (TPP). Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menambahkan bahwa volatilitas mulai terbatas, indeks BEI menunjukkan mulai bergerak konsolidasi dengan peluang penguatan masih terbuka. "Potensi penguatan masih terbuka ditopang oleh kondisi perekonomian yang stabil, dan semakin berkurangnya aliran dana asing yang keluar dari pasar saham domestik," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto